SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo. menunjukkan hasil memuaskan. Termasuk juga masyarakat menyatakan puas terhadap kinerja Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Hal ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan Surabaya Survey Center (SSC) di Surabaya. Dari riset yang dirilis Kamis (12/1), menunjukkan sebanyak 76,1 persen kalangan masyarakat puas terhadap kinerja Jokowi, sementara kepuasan terhadap Gubernur Jatim sebanyak 64,1 persen.
Peneliti Senior SSC, Ikhsan Rosidi mengungkapkan dari keseluruhan responden hanya 3,0 persen yang tidak puas dengan kinerja Presiden Jokowi, serta 17,0 persen menyatakan kurang puas. Sisanya 3,9 persen menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
“Hasilnya jelas, masyarakat Surabaya puas dengan kinerja Jokowi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ikhsan mengatakan hasil terhadap kinerja Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa makin bisa menyentuh hati masyarakat Surabaya. “Terkait kepuasan kinerja, hanya 4,9 persen yang tidak puas. Sementara yang kurang puas 28,2 persen kemudian sisanya 2,8 persen menyatakan tidak tahu/tidak menjawab, tentunya ini menjadi catatan penting bagi Khofifah dalam menjalankan kepemimpinannya hingga 2024 nanti,” ujar Ikhsan.
Ia menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan oleh SSC ini dilaksanakan dari tanggal 01-10 Januari 2023 di 31 kecamatan di Kota Surabaya. Sebanyak 1.200 responden dipilih dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,83 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Penentuan responden dalam setiap Kartu Keluarga (KK) dilakukan dengan bantuan kish grid.
Sementara itu, meski Pilpres baru akan digelar di tahun 2024 nanti, masyarakat Surabaya sebagian besar menjawab belum tentu akan memilih partai yang mengusung Calon Presiden (Capres) – Calon Wakil Presiden (Cawapres). Meski demikian Coattail Effect Capres Cawapres di kota Surabaya pada Pilpres 2024 terbilang lumayan besar.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Riset SSC, Edy Marzuki. “Memang secara Coattail Effect berdasar hasil survei yang dilakukan sebanyak 45,7 persen menjawab ya, pasti. Sedangkan yang menjawab belum tentu sebanyak 47,4 persen, sementara yang menjawab tidak sebanyak 1,8 persen, serta yang memiliih tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 5,1 persen,” terangnya
Lebih lanjut, pria yang juga dosen di Universitas Yudharta Pasuruan ini menjelaskan jika partai pengusung Capres-Cawapres benar-benar mengamati geliat ini, maka pengalaman Pilpres di tahun 2019 bisa jadi acuan.
“Dan yang perlu digaris bawahi, dari sekian banyak dimensi ideologi cuma satu ideologis yang membedakan satu dengan partai yang lain yaitu unsur agama versus nasionalis, di luar itu sama saja,” imbuhnya. (ST01)





