SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Wahid Wahyudi menjabarkan ada perubahan dan perbedaan kurikulum merdeka dibanding kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum Merdeka struktur kurikulum lebih fleksibel dengan jam pelajaran ditargetkan untuk dipenuhi dalam satu tahun.
Di samping itu, guru akan lebih fokus pada materi esensial karena capaian pembelajaran diatur per fase. “Kurikulum merdeka ini, juga memberikan keleluasaan bagi guru dalam menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa,” terangnya.
Contoh riilnya, kata Wahid, seperti guru olahraga yang pada dasarnya memberikan pembelajaran dalam bentuk project based learning. Di mana siswa tidak hanya mengetahui secara teori tapi juga dipraktikkan.
“Merdeka belajar sudah dicerminkan oleh guru olahraga. Mereka tidak hanya mengajarkan teori tapi juga praktik,” jelas dia.
Misal, guru memberikan pembelajaran teori permainan bola voli, agar siswa memahami dan mengerti, maka teori yang diajarkan tersebut dipraktikkan di lapangan. “Guru olahraga juga memberi kebebasan pada siswa untuk menyukai olahraga yang sesuai bakat minatnya,” jelasnya.
Ditambah lagi, kata dia ada platfom merdeka mengajar yang menyediakan berbagai referensi untuk guru agar dapat terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.
Perbedaan lainnya, jelas Wahid, terletak pada kebebasan yang diberikan kepada sekolah dalam menentukan/nenyusun kurikulum sesuai dengan situasi dn kondisi sekolah masing-masing.
Walaupun pemerintah memberikan tiga pilihan kurikulum yang bisa dipilih oleh sekolah, namun terang Wahid, memotivasi sekolah untuk mencoba memakai kurikulum merdeka. Alasannya karena evaluasi saya terhadap pelaksanaan kurikulum merdeka yg ada di SMK – PK maupun SMA dan SLB Penggerak hasilnya sangat bagus terhadap peningkatan kreatifitas dan karakter peserta didik.
“Selain itu kurikulum merdeka sangat memanusiakan manusia yang tujuannya adalah untuk menghargai harkat dan martabat peserta didik,” jlentrehnya.
“Satuan pendidikan dapat mengimplementasikan kurikulum merdeka secara bertahap sesuai kesiapan masing-masing,” imbuhnya.
Tak hanya bagi sekolah, kurikulum merdeka juga memberi kesempatan bagi siswa untuk memilih kelompok mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya di fase F (kelas XI dn XII). Sedangkan bagi guru, mereka akan memgajar sesuai tahap capaian dan perkembangan siswa.
“Pembelajaran dalam IKM ini berbasis project, jadi memberikan kesempatan lebih luas pada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual lingkungan atau kesehatan. Project ini untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar pancasila,” pungkas Wahid. (ST02)





