SURABAYATODAY.ID, BOJONEGORO – Politik adalah kegiatan yang berkaitan dengan perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan umum. Pendapat lain mengemukakan politik adalah who gets what, when, and how (siapa dapat apa, kapan, dan bagaimana).
Sementara etika berpolitik memiliki makna tentang nilai baik dan buruk yang seharusnya diterapkan dalam praktik berpolitik.
Pernyataan di atas mulai ditanamkan sejak dini kepada para pemilih pemula dalam seminar pendidikan politik (political education for first voters) di Pendopo Kecamatan Sumberrejo, oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.
Hadir sebagai narasumber Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah secara virtual, Kepala Bakesbangpol Mahmudi, Akademisi Universitas NU Sunan Giri Bojonegoro Mundzar Fahman, Komisioner Komisi Pemilihan Umum Mustofirin, Komisioner Badan Pengawas Pemilu M. Alfianto yang dimoderatori oleh Robby Adi Perwira Komisioner KPU.
Menurut Mustofirin, pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya. Yaitu masyarakat yang telah memenuhi syarat umur 17 tahun, sudah/pernah kawin, serta purnawirawan/tidak lagi menjadi anggota TNI/Polri.
“Adik-adik yang hadir dari kalangan pelajar SMA kelas XI ini rata-rata umurnya sekarang 16 tahun. Pada pemilu mendatang, 14 Februari 2024, sudah bisa menggunakan hak politiknya untuk memilih, karena sudah mencapai umur 17 tahun/lebih,” katanya.
Selain itu Mustofirin juga memaparkan tentang manfaat Pemilu dan Pemilihan, asas Pemilu, sistem Pemilu di Indonesia, syarat menjadi pemilih, serta tahapan-tahapan dalam Pemilu.
“Karena peranan milenial dalam Pemilu memiliki peran penting, sehingga bisa berpartisipasi menjadi bagian dari Penyelenggara Pemilu, serta berperan aktif dalam mengawasi berjalannya Pemilu 2024” terangnya.
Sedangkan Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah menyampaikan, banyaknya usia produktif bagi pemilih pemula, pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota, senantiasa memberikan pembelajaran politik.
Ada dua hal di dalam mengawal/ikut serta dalam proses dmokrasi. Yakni turut serta menggunakan hak pilihnya secara baik dan bijak, karena akan berdampak pada hasil Pemilu.
“Jangan ada gerakan golput/tidak memilih,” harapnya.
Kemudian di era digital sekarang ini, tambahBupati Anna, menjelang Pemilu biasanya banyak konten-konten haters yang menyesatkan. Bahkan ada rekayasa editing, dengan banyaknya meme-meme dan berita hoax yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Bupati berpesan untuk memfilter segala pemberitaan atau pun konten-konten hoax yang beredar di media sosial dengan bijak. (ST10)