SURABAYATODAY.ID, BOJONEGORO – Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama dokter spesialis anak dari RSUD Kepohbaru dan RS Aisyiyah Bojonegoro melakukan sosialisasikan pentingnya tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama kehidupan. Sosialisasi dilaksanakan melalui Selamat Pagi (sapa) di Malowopati FM.
Dokter RSUD Kepohbaru, dr Suhasta Nova,Sp.A, mengungkapkan hal yang harus dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu menjaga kesehatan dan nutrisi ibu hamil, memberikan stimulasi, memberikan nutrisi yang tepat, menjaga anak dari infeksi, dan istirahat yang cukup.
Dia menjelaskan pada usia 0-18 tahun terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang merupakan ciri khas anak. Usia 1.000 hari pertama kehidupan (0-2 tahun) merupakan fase emas sekaligus fase kritis.
Disebut fase emas karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat terutama pada otak sekitar 80 persen. Selain itu, fase kritis karena jika salah dalam pengasuhan anak maka pertumbuhan otak akan terhambat.
“Otak penting karena merupakan pusat dari segala aktivitas organ tubuh yang lainnya,” tandasnya.
Karena itu, ia menegaskan, pentingnya menjaga kesehatan dan nutrisi ibu hamil. Ibu hamil harus rutin periksa kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3 (2x TM1, 1x TM2, 3x TM3).
Berikutnya makan gizi seimbang (1 porsi lebih banyak daripada sebelum hamil), menjaga pola hidup bersih dan sehat (hindari merokok, alkohol), melakukan aktivitas fisik dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin, istirahat cukup (6-7 jam/hari), serta menghindari stres berlebihan.
Dia juga menjelaskan cara memberikan stimulasi anak yaitu dengan interaksi 2 arah, menghindari penggunaan handphone, televisi, atau laptop pada anak usia < 2 tahun. Untuk anak usia 2-6 tahun maksimal 1 jam, anak usia 6-12 tahun maksimal 1,5 jam, untuk usia 12-18 tahun maksimal 2 jam, serta memberikan stimulasi dengan penuh kasih sayang.
dr Suhasta menunjukkan cara agar berhasil dalam memberikan ASI pada anak adalah dengan melakukan inisiasi dini. Yakni tidak memberikan minum atau makanan yang lain pada anak usia sampai 6 bulan, kecuali ada indikasi khusus yang ditentukan oleh dokter.
“Susui bayi sesering mungkin 8-12 kali dan setiap kali bayi menginginkan, susui sampai payudara terasa kosong lalu pindah ke payudara yang lain. Menyusui selama 15-20 menit pada tiap payudara, susui anak dalam kondisi yang menyenangkan, nyaman dan penuh kasih sayang, hindari stress berlebihan, dan ibu harus makan makanan dengan gizi seimbang,” tuturnya.
Menurut dia, cara memberikan nutrisi yang tepat pada anak adalah memberikan ASI eksklusif pada usia 6 bulan dan ASI bisa dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI.
“Berikan MP ASI sesuai jumlah, jenis, dan jadwal, serta berikan MP ASI sesuai dengan aturan makan,” imbuhnya.
Cara memberikan MP ASI sesuai jumlah, jenis, dan jadwal adalah sebagai berikut :
1. Usia 6-8 bulan sebanyak 1/2 mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan dan berikan 2-3 kali sehari dengan makanan ringan 1-2x (200 kkal) + ASI;
2. Usia 9-11 bulan sebanyak 1/2 – 3/4 mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan dan berikan 3-4 kali dengan selingan 1-2 kali (300 kkal) + ASI;
3. Usia 12-23 bulan sebanyak 3/4 – 1 mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan dan berikan 3-4 kali dengan selingan 1-2 kali (500 kkal) + ASI.
Dr. Suhasta juga menyarankan agar orang tua memberikan makan sesuai jumlah, jenis dan jadwal. Memberikan makanan dengan sabar, telaten dan penuh kasih sayang. Hindari kegiatan lain saat makan seperti memberikan handphone, televisi, mainan, mengajak jalan-jalan, karena hal ini menyebabkan anak tidak sadar bahwa saat itu dia dalam posisi makan.
Jangan pula memaksa anak untuk menghabiskan makan karena hal itu akan menyebabkan anak akan trauma dan justru kedepan anak malah tidak mau makan. “Maksimal proses pemberian makan adalah 30 menit karena setelah 30 menit konsentrasi anak untuk kegiatan makan sudah sangat menurun. Selalu tawarkan makanan baru, 10-15 x penawaran, berikan makanan selingan diantara makan utama jika anak tampak lapar,” tambahnya lagi. (ST10)