SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Bagi para orang tua, anak sulit makan menimbulkan kekhawatiran. Siloam Hospitals Surabaya mengadakan edukasi ‘Bincang Sehat’ tentang hal tersebut dengan menghadirkan dokter spesialis anak, dr Lianto Kurniawan Nyoto, Sp. A sebagai narasumber.
Dr Lianto menginformasikan bahwa kuantitas, kualitas, serta kemampuan setiap anak mengonsumsi makanan akan berbeda-beda. Orang tua perlu memahami kondisi tumbuh kembang anak yang tidak dapat disamaratakan dengan anak lain, terutama dalam hal pola makan.
Begitu pun ketika mendapati kasus anak sulit makan, tindakan observasi pertama kali yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari grafik berat badan dan tinggi badan anak.
“Untuk mengetahui seorang anak kekurangan nutrisi atau tidak, yang pasti dari grafik berat badan dan tinggi badan anak. Kalau misalnya tidak sesuai grafik atau berat badannya tidak naik dengan semestinya, itu kita sudah harus curiga, ada something wrong dengan anak. Entah karena dia (anak) porsi makannya kurang atau karena ada suatu penyakit tertentu jadi berat badannya nggak naik,” ungkapnya.
Diterangkan, grafik tumbuh kembang anak dapat menjadi penjuru dan penilaian secara objektif untuk mengukur kondisi anak. Grafik tersebut tentunya membantu orang tua untuk lebih mawas diri terutama dalam mengatasi kekhawatiran mengenai kondisi kekurangan nutrisi pada anak.
Di sisi lain, mengacu pada WHO , nutrisi yang cukup bagi anak dalam satu hari dapat dikategorikan dengan 3 kali asupan makanan besar, 1-2 kali makanan selingan, ditambah ASI atau susu tergantung usia anak.
Pemberian makan pada anak tentunya didasari pada jam pengosongan lambung normal, akan lebih baik jika orang tua turut membuat jam makan untuk anak.
Dr Lianto menjelaskan bicara mengenai asupan makanan, porsi makan anak juga perlu diperhatikan dan disesuaikan tergantung pada usianya. Pada anak usia 6-9 bulan, cukup dengan tiga sendok makan atau setengah mangkuk ukuran 250 ml, tentunya dimulai sedikit – sedikit dan pelan-pelan ditingkatkan sesuai kemampuan anak.
“Porsinya akan terus meningkat sampai anak berusia 1 tahun (misalnya), tekstur makannya pun juga berbeda,” terangnya.
Ditambahkan, dalam satu piring makanan, setidaknya sudah meliputi asupan karbohidrat, protein hewani, dan lemak. “Untuk sayur dan buah, cukup hanya diperkenalkan sebagai asupan yang nantinya akan dikonsumsi si anak pada usia > 2 tahun,” lanjut dia.
Secara lebih rinci, dr. Lianto juga menjelaskan mengenai “Golden Period” yang lebih dikenal dengan istilah ‘1000 hari kehidupan.’ Masa ini dimulai pada saat usia kandungan, lahir, hingga 2 tahun tumbuh kembang anak.
Pada golden period ini, anak sangat memerlukan asupan nutrisi yang optimal karena 80 persen pembentukan otak terjadi pada usia ini, sehingga pentingnya anak mendapatkan asupan karbohidrat, protein hewani, dan lemak yang cukup.
Di sisi lain, ia juga menjabarkan kondisi yang menyebabkan anak enggan makan. Menurutnya, tidak serta merta anak menolak makanan. Ada berbagai faktor, di antaranya phobia terhadap makanan baru diketahuinya, sakit atau mengalami kondisi medis tertentu dan terdistraksi dengan gadget, TV, dan mainan.
Menangani kasus kesulitan makan pada anak, ia menyatakan orang tua dapat melakukan beberapa cara di bawah ini:
1. Berikan makanan dengan menu tidak monoton, dan sesuai porsi anak
2. Sajikan makanan dengan tampilan yang menarik.
3. Tetapkan jadwal makan yang teratur, dengan durasi makan hanya 30 menit saja
4. Berikan variasi rasa dan jenis makanan (mengandung karbohidrat, protein hewani, lemak).
5. Berikan cemilan yang sehat.
6. Dalam proses makan, jangan memaksa dan memarahi anak
7. Konsultasikan ke dokter anak untuk mendapatkan pantauan medis mengenai tumbuh kembang anak.
Namun jika anak masih kesulitan mengonsumsi makanan, segera konsultasikan ke dokter anak mencari penyebab kesulitan makan sehingga dapat segera dilakukan tatalaksana gizi, edukasi, dan rencana tindakan yang diperlukan untuk membantu permasalahan anak. Sebab anak sulit makan terkadang dirasa normal dengan batasan waktu tertentu.
“Orang tua dapat menyikapinya dengan sabar, kontrol rutin ke dokter (karena tumbuh kembang anak adalah hal yang penting), serta catat rekam jejak perkembangan anak, terutama kaitannya dengan asupan makanan dan nutrisi anak,” ujar dr. Lianto. (ST01)