SURABAYATODAY.ID, BOJONEGORO – Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Perinaker) menyelenggarakan pelatihan keterampilan kerja gelombang ketiga. Pelatihan selama empat hari yang dimulai Selasa (19/7) itu digelar di balai Desa Bareng, Kecamatan Sekar, dengan materi pembuatan pakan ternak.
Pelaksanaan pelatihan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tersebut dibuka Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah secara daring. Bupati Anna menuturkan, wilayah Kecamatan Sekar menyumbang banyak potensi untuk pengembangan budidaya peternakan.
Jika dibandingkan dengan peternakan ayam, maka secara umum dari pakan dan obat sudah ditentukan oleh perusahaan besar. Tetapi peternakan sapi berbeda, karena dari turun temurun nenek moyang sudah terbiasa untuk merawat sapi.
“Untuk di wilayah Sekar sangat berpotensi. Bisa dari jerami, jagung, atau pelepah pisang. Bahkan, menurut beberapa praktisi, pelepah pisang untuk pakan sapi dapat membuat kulit sapi menjadi halus, ini bisa dicoba,” ungkapnya.
Sisi lain, ia menyatakan ke depan harus berpacu dengan sistem baru. “Sekarang berbicara tentang energi, maka kulit pisang, batang singkong, jagung akan dibuat etanol. Saat ini kita sudah menuju pada pembuatan energi yang terbarukan,” terusnya.
Bupati Anna juga memotivasi, bahwa sebagai peternak harus bisa menginisiasi pengolahan potensi alam yang belum pernah dilakukan agar bisa dicoba. Sebagai contoh, memberikan pelepah pisang untuk pakan sapi namun dengan batas maksimal pemberian 2 minggu sehingga kulit sapi menjadi halus. Namun jika diberikan terus menerus kurang bagus untuk pertumbuhan ADG (Average Daily Gain) sapi.
Selain itu untuk pemberian pakan dari jerami yang difermentasi bobot gizinya lebih banyak daripada jerami yang hanya dikeringkan. “Kami harapkan para pelatih dapat memberikan motivasi kepada peternak agar menentukan macam-macam pakan ternak untuk penambahan berat badan, termasuk sapinya menjadi sehat dan tidak kusam,” tambahnya.
Selanjutnya terkait Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Bupati Anna meminta agar melalui pelatihan tersebut sekaligus menyampaikan antisipasi PMK. Bagaimana melihat ciri-ciri sapi yang terkena PMK. Jangan sampai ada oknum pedagang yang menakut-nakuti peternak yang sapinya menunjukkan gejala tertentu dianggap terkena PMK, sehingga menyebabkan harga sapi anjlok. Padahal sapinya tidak terkena PMK.
Hal tersebut harus diwaspadai karena di beberapa wilayah sudah terindikasi banyak pedagang sapi turun ke daerah kemudian menakut-nakuti masyarakat bahwa sapinya terindikasi PMK. “Ini harus juga dimitigasi dini, agar sapi-sapi yang dirawat tidak berlarut-larut saat sakit. Jika memang sakit, segera melapor agar Dinas Peternakan dan Perikanan bisa segera turun tangan membantu peternak agar sapi sehat kembali,” jelasnya. (ST10)