SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Sirine berbunyi keras memekakan telinga di Rusunawa Sombo, Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto, Rabu (20/7). Suasana pun mencekam.
Warga panik berhamburan keluar gedung. Tampak puluhan warga menyelamatkan diri menuju ke titik kumpul lapangan yang ada di depan rusunawa.
Ini adalah bagian simulasi mitigasi bencana di rusunawa tersebut. Simulasi bencana alam yang diberikan khusus kepada warga penghuni Rusunawa Sombo Blok H.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya, Yanu Mardianto mengatakan pihaknya bersama Wahana Visi Indonesia dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) berkolaborasi memberikan pengetahuan materi dan praktik mitigasi bencana ini.
“Ketika terjadi bencana, warga tidak panik dan tahu cara melakukan mitigasi penyelamatan diri dan pertolongan pertama ketika ada korban,” kata Yanu.
Menurut dia, pembekalan itu perlu. Karena kota besar seperti halnya Surabaya tidak luput dari bencana alam. Selain itu, risiko terjadi bencana alam di perkotaan bisa dibilang tinggi.
Dari hasil kajian BNPB, risiko tertinggi bencana di Kota Surabaya itu ada dua. Di antaranya gempa bumi dan kebakaran. Sedangkan yang paling rawan terjadi itu kebakaran di tempat padat penduduk seperti di Rusunawa Sombo.
Karena itu BNPB Surabaya memberikan pengetahuan cara mudah memadamkan titik api dan bagaimana menyikapi bencana tersebut. “Bencana dan cuaca ekstrem karena angin puting beliung juga bisa terjadi di perkotaan. Tapi ada dua yang paling berisiko sangat tinggi, salah satunya kebakaran. Karena ini rawan terjadi di lingkungan padat penduduk seperti rusunawa,” ujar Yanu.
Dalam Pelatihan Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) ini, BPBD Kota Surabaya tidak sendiri, tentu juga didampingi oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) untuk memberikan pembekalan selama tiga hari kepada warga. Yang pertama adalah pembekalan materi kebencanaan di kelas mengenai penyelamatan diri dan keselamatan kerja.
“Nah yang ketiga ini, kita praktikan dengan simulasi kebakaran dan bencana gempa bumi,” sebut Yanu.
Ia menambahkan simulasi mitigasi bencana alam akan digelar berkelanjutan. Sehingga ketika terjadi bencana, warga tidak panik.
Saat simulasi, di antara mereka ada yang menjadi korban bencana gempa bumi dan tim penyelamat. Menurut keduanya, pengalaman kali ini sangat membantu dan bisa dijadikan bekal di kemudian hari ketika terjadi bencana sungguhan. (ST01)