SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Para prajurit muda KRI Sultan Iskandar Muda-367 (KRI SIM-367) melaksanakan Mandi Khatulistiwa yang dikemas sebagai Mandi Samudera. Dalam kegiatan yang dipimpin Letkol Laut (P) Abdul Haris selaku Komandan Satgas (Dansatgas) MTF XXVIII-M/UNIFIL itu juga sebagai rangkaian kegiatan Pengangkatan Warga Baru Kapal Permukaan dan Upacara Penyematan Brevet Kapal Permukaan.
Kegiatan ini berlangsung di Laut Mediterania, Lebanon. Sabtu (11/6). Kegiatan ini sekaligus menghormati tradisi tua para pelaut Eropa yang kemudian diikuti oleh pelaut-pelaut seluruh dunia, yang bertujuan untuk keselamatan kapal beserta anak buahnya.
Menurut kepercayaan Eropa kuno, Dewa Laut Neptunus adalah dewa penguasa lautan. Tradisi mandi samudera biasanya diadakan setiap tanggal 23 Juli, tidak terbatas di mana tempatnya.
Tradisi berkembang dan menyebar luas sampai sekarang terutama di Angkatan Laut dan sampai ke Indonesia. Meskipun acara tersebut lebih ditekankan pada pembinaan kekompakan para pelaut.
Tradisi diawali dengan pendadakan pada dini hari waktu Lebanon, 18 prajurit muda dibangunkan dan dibimbing oleh para seniornya yang berperan sebagai punggawa Dewa Neptunus menuju geladak heli KRI SIM-367 dengan mata tertutup. Sesampainya di geladak heli, prajurit tersebut disambut dengan guyuran air laut hingga menambah dinginnya suasana pagi hari.


Prosesi dimulai dengan laporan Wadansatgas MTF Mayor Laut (P) Novyan yang kemudian diteruskan oleh Davy Jones utusan dari Dewa Neptunus melaporkan kesiapan. Selanjutnya kedatangan Dewa Neptunus, Penguasa 7 Samudera dan Dewi Amfirite (Permaisuri Dewa Neptunus) disambut hangat oleh Dansatgas dan segera mengambil alih penguasaan kapal dan acara tradisi dimulai.
Satu persatu nama prajurit dipanggil untuk dimandikan dengan air laut yang tercampur dengan minyak oli mesin kapal, selanjutnya menghadap ke singgasana Dewa Neptunus untuk disucikan dan diterima sebagai penghuni lautan. Kemudian prajurit tersebut diminta untuk meminum “ramuan jamu khusus” yang sengaja diracik pahit.
Racikan pahit itu memiliki makna bahwa sebagai pelaut-pelaut muda harus siap mengarungi samudera yang tentunya tidak selalu mendapat ombak tenang dan manis. Prosesi diakhiri dengan penyiraman “Air Suci” dari Dansatgas untuk mensucikan hati dan pikiran agar siap bekerja di bawah komandonya.
Sebagai akhir rangkaian acara tradisi, dilaksanakan Upacara Pengangkatan Warga Baru Kapal Permukaan dan Penyematan Brevet Kapal Permukaan bagi 3 perwira pendukung Satgas non ABK KRI, yaitu Perwira Psikologi Kapten Laut (KH) Yudhistira, Perwira Hukum Lettu Laut (KH) M. Reza dan Perwira Kesehatan Lettu Laut (K) dr. Ahmad Lani. Para perwira pendukung tersebut telah sah dan layak menerima penghargaan brevet kapal permukaan sesuai Surat Keputusan Panglima Koarmada II karena telah mengikuti pelayaran dan bertugas di atas KRI lebih dari satu tahun.
“Sebagai warga baru kapal permukaan menurut saya sangat pantas mereka mendapatkan brevet tersebut. Karena sudah lebih dari satu tahun mereka telah menunjukkan dedikasi serta loyalitas selama bertugas di KRI SIM-367,” kata Letkol Laut (P) Abdul Haris.


Ia.menyatakan untuk mendapatkan penghargaan ini tidaklah mudah, butuh perjuangan waktu dan tenaga. “Hal ini terbukti saat berada di Laut Mediterania, berhari-hari dihantam ombak lautan mereka tetap ikut melaksanakan dinas jaga anjungan dan secara rutin belajar navigasi laut dan komunikasi dengan japal asing, meskipun itu semua bukan tugas utama mereka di KRI” terangnya.
Seluruh rangkaian kegiatan diharapkan dapat menjadi motivasi dan refreshment bagi para prajurit untuk lebih semangat dan profesional dalam melaksanakan tugas kedepan. Dengan tetap senantiasa melestarikan tradisi dan nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendahulu serta tidak melupakan sejarah.
Seperti halnya disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono. “Angkatan Laut bukanlah pembentuk Sejarah, tetapi Sejarahlah yang membentuk Angkatan Laut untuk menuju Masa Depan meraih “Jalesveva Jayamahe. (ST03)





