SURABAYATODAY.ID, BOJONEGORO – Tutur katanya lugas. Kiprahnya di gerakan kepemudaan tak perlu diragukan. Dia adalah Wintari, peraih juara 1 Perempuan Menginspirasi.
Perempuan 31 tahun asal Kecamatan Margomulyo ini menyisihkan peserta lain dalam Anugerah Perempuan Menginspirasi dan Lomba Cipta Busana Kerja Corak Batik, Selasa (26/4).
Acara ini digelar oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (P3AKB) sebagai peringatan Hari Kartini ke-97 tahun 2022.
Wintari saat ditemui di sela-sela acara menuturkan, perempuan terlahir memiliki kepekaan yang lebih pada lingkungan sekitar. Dia menceritakan kiprahnya sebagai inisiator gerakan kepemudaan yang ada di Margomulyo, mulai dari bergerak di sektor sosial, pendidikan, budaya, hingga sosial.
“Kalau di Margomulyo beberapa hal yang perlu mendapat perhatian di bidang pendidikan. Ada anak putus sekolah. Dulu ada banyak angka anak putus sekolah, sehingga kita bikin kegiatan. Namanya Gerakan Margomulyo Menginspirasi,” jelas Wintari.
Dalam kegiatan tersebut, Wintari mengajak para stakeholder kecamatan untuk mengadakan kelas inspirasi. Ia.mengajak mereka datang ke sekolah-sekolah untuk memberi motivasi dan menularkan semangat agar tidak ada anak putus sekolah.
“Kedua, bidang budaya. Di Margomulyo ada Samin. Komunitas masyarakat yang masih memegang nilai-nilai leluhur Samin Surosentiko. Kita bikin kegiatan Duta Samino Samini. Samin Isih Ono, Samin Masa Kini. Anak-anak muda pun kita ajak untuk lebih peduli dan menjadi Duta Samin,” tutur perempuan yang kesehariannya sebagai Kaur Perencanaan di Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo ini.
Terbaru, Wintari kini fokus ke Thengul. Menurutnya, Bojonegoro sedang masa krisis, dalam artian se-Kabupaten Bojonegoro hanya ada 12 dalang senior Wayang Thengul. Sementara, ada dua perajin Wayang Thengul. Yakni di Kecamatan Padangan dan di Kecamatan Margomulyo.
“Saya sedang menggarap Thengul. Kita perhatikan dan kita branding Kampung Thengul. Bersama dengan perajin Wayang Thengul untuk bisa membuat souvenir Thengul. Ke depan ingin menjadi edukasi khusus Thengul. Itu yang kita kembangkan di sana,” jelasnya.
Wintari mengatakan, sebagai penggerak harus berpikir bagaimana warisan budaya tetap lestari. Dalam prosesnya, Wintari mengajak desa agar bisa berbagi ilmu untuk kemudian ada regenerasi pemuda yang dapat bergerak di bidang budaya. Baik itu secara keilmuan maupun pembuatan Wayang Thengul.
“Ini memang agak susah, namun itulah tantangan sebagai inisiator,” imbuhnya.
Bagi Wintari, RA Kartini merupakan bentuk semangat. Dan semangat yang paling relevan yakni bagaimana perempuan bisa peka terhadap permasalah sosial dan isu yang ada di lingkungan kita. Menurutnya, tidaklah perlu berangan-angan terlalu besar untuk merubah dunia, tapi mulai yang paling kecil tapi dapat menjadi nyata.
“Harapan ke depan untuk perempuan di Bojonegoro agar lebih berdaya, lebih bangga dan percaya diri pada peran yang bisa diambil,” ucapnya.
Masih dalam kesempatan yang sama, Camat Margomulyo Dyah Enggarini Mukti, sebagai bentuk dukungannya terhadap para perempuan di Bojonegoro, berharap ke depan akan banyak wanita-wanita yang bisa menginspirasi seperti Wintari.
“Jadi Mbak Wintari nggak hanya di sisi institusi atau pekerjaan, tapi dia bisa lebih berkembang dalam bermanfaat untuk lingkunganya. Bagaimana menggerakkan masyarakat yang ada di lingkungannya. Terutama perempuan agar bisa berdaya,” jelasnya.
Kartini masa kini, bagi Enggar, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa perempuan harus bisa membagi waktu antara menjadi ibu pekerja dan ibu rumah tangga. Menjadi ibu pekerja juga bisa menjadi modal untuk perempuan agar mandiri. “Dan tentunya diimbangi dengan menjaga anak-anak dan keluarga,” tuturnya. (ST10).