SURABAYATODAY.ID, SIDOARJO – Niatnya menggali tanah untuk membuat sumur. Namun apa yang ditemukan Eko dan Krisna, warga Desa Karangtanjung, Kecamatan Candi, Sidoarjo ini, mengejutkan.
Kakak beradik ini diduga menemukan situs purbakala. Galian tanahnya di sisi barat makam Islam, Dusun Tanjungsari itu membentur benda keras yang setelah dicek adalah semacam situs bersejarah.
Eko menuturkan awalnya mereka berniat ingin membuat sumur sebagai sarana pelengkap warung kopi yang telah dibangunnya, di sisi barat makam Islam, Dusun Tanjungsari. Warkop yang kini dinamai Warung Mbah Sari tersebut, menempati sebidang lahan pekarangan sekitar 20 meter persegi.
Di lahan pekarangan milik warga setempat, bernama H Sholeh, ditumbuhi pepohonan liar. Seperti, bambu, pisang, sukun, dan lainnya. Dan di antaranya, terdapat waeung kopi Mbah Sari, makam sesepuh desa “Punden Mbah Sari”, sejumlah rumah warga, makam dan pesawahan.
“Saat menggali sumur, November 2021 lalu, air keluar sangat deras dari titik penggalian. Padahal baru digali setengah meter dan tempat ini jauh dari sungai. Saya berhenti, takut melanjutkan proses galian,” kata Eko, Rabu (6/4).
Namun karena sumur merupakan kebutuhan daripada warung yang dibangunannya tersebut, bersama adiknya (Krisna) memilih titik lain untuk kembali menggali sumur. Lagi-lagi, ia berhenti melakukan proses galian.
Sebab, ditemukan sejumlah benda yang diduga merupakan bongkahan situs purbakala. Seperti, batu bata merah, pecahan relief, kendi beragam ukuran, dan barang pecah belah lainnya berbahan keramik.
“Sudah tiga kali kami berpindah-pindah untuk menentukan titik galian sumur. Tapi kami selalu dikejutkan dengan bongkahan-bongkahan seperti benda peninggalan kerjaan itu. Akhirnya memilih membuat sumur bor di titik ke empat di sebelah kanan warung,” ujar Eko.
Terpisah, Krisna mengungkapkan, jika penemuan diduga situs purbakala ini ditemukan buah dari rasa penasarannya setelah menemukan batu bata berukuran besar. Hal itu kemudian berlanjut dengan penemuan sejumlah benda peninggalan lainnya.
Dikatakan, proses penggalian dilakukan secara mandiri dengan memanfaatkan alat seadanya seperti, mesin pompa air, cangkul, dan sekop.
“Kami penasaran dengan batu bata yang kami temukan. Karena penasaran kami memutuskan terus menggali di titik pertama. Setelah gali lubang sekitar 3 meter persegi luasnya, dengan kedalaman sekitar satu meter ini, kami menemukan seperti bangunan anak tangga ini,” katanya.
Bangunan mirip anak tangga itu juga ditemukan mereka di titik-titik galian lainnya. Berjajar mengarah ke timur dari titik galian pertama. Di titik kedua yang berjarak sekitar 3 meter, bangunan serupa ini terlihat setelah dilakukan penggalian kedalaman sekitar 1,5 meter. Lalu, di titik yang ke-tiga, berjarak 5 meter dari titik kedua, terlihat setelah digali 2 meteran.
Krisna memambahkan, jika hasil temuan situs purbakala ini, telah disampaikan mereka kepada pejabat desa setempat, termasuk ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim. Dengan harapan segera ditanggapi untuk kelestarian budaya setempat.
“Kami sudah sampaikan ke pejabat terkait yang sampai saat ini belum ada tanggapan. Tapi, sempat ada sejumlah orang mengaku ahli arkeologi dan ahli purbakala datang ke sini. Ada 4 orang, mereka di sini meneliti dengan sejumlah alat,” pungkasnya. (ST11)