SURABAYATODAY.ID, MADIUN – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan kunjungan ke Desa Candimulyo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Ia juga melihat galeri batik, sekaligus menyaksikan langsung proses pembatikan oleh perajin di kantor Desa Candimulyo.
Gubernur Khofifah juga berdialog dengan 25 perajin batik dari berbagai kampung di Kabupaten Madiun. Saat berdialog, salah satu perajin batik mengatakan, bahwa ia telah membatik selama empat tahun.
Banyak hasil-hasil kreasi batik yang tercipta. Seperti, kancing yang dibentuk dari kain batik, topi, hingga aksesoris. Yang menarik adalah pemberdayaan kepada difable. Mereka memiliki kecermatan yang cepat untuk beradaptasi dengan desain.
Menanggapi hal tersebut, orang nomor satu di pemerintahan Jatim ini mengapresiasi para perajin batik ini. Ia meminta mereka terus berkarya dan melestarikan batik.
Di hadapan Bupati Madiun Ahmad Dawami dan para perajin itu, Khofifah lantas menjelaskan Desa Candimulyo ini bisa diusulkan menjadi desa devisa. Dengan menjadi desa devisa bakal memperoleh keuntungan bagi masyarakatnya.
“Pak Bupati, ibu-ibu perajin batik karyanya ini sae sanget (baik sekali). Di sini bisa diusulkan menjadi desa devisa,” katanya.
“Banyak keuntungan menjadi desa devisa, di antaranya, pengolahan kain batik dan akses ke pasar yang terbuka lebih luas. Jadi desa devisa salah satu keuntungannya bisa dicarikan desainer untuk produksi pengolahan kain batik beserta model-modelnya,” lanjut dia.
Diterangkan, jika sudah mendapatkan approvement dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) maka akan ada support desain, pembiayaan, termasuk konektivitas market access juga.
Karena itu, Khofifah meminta agar potensi yang ada di Kampung Batik ini, baik corak yang Khas Madiun serta pemberdayaan disabilitas, harus makin diekspos dan dikenal masyarakat. Menyeratakan kaun difabel di dalam proses membatik itu sesuatu yang bisa terus dikaryakan.
“Jadi kita ingin ada potensi-potensi yang makin terpublish, bahwa ada kekuatan budaya yang dapat terus dikembangkan. Batik ini menjadi salah satu pemberdayaan yang digalakkan di Kabupaten Madiun. Ini menjadi bagian dari pemberdayaan masyarakat. Apalagi mampu memberiman ruang bagi difable untuk melestarikan format-format industri kreatif,” ungkapnya.
Menurut Khofifah, corak batik Madiun memiliki nilai tambah yang baik karena menonjolkan identitas Madiun yaitu dengan kampung pesilat. Selain itu, batik-batik di desa ini harus disertai dengan penjelasan tentang latar belakang motifnya dengan narasi story telling yang menarik.
“Yang diunggulkan adalah corak Kampung Silat. Sangat bagus kalau itu bisa diekspos lebih luas. Desain ini juga mengandung unsur tolong-menolong dan toleransi. Batik itu kuat di filosofi, ada yang bersimbol dari toleransi dan tolong menolong,” terangnya.
“Karena itu batik-batik yang ada kalau boleh dilengkapi story telling. Yang mahal adalah nilai cerita di balik motifnya. Jadi sebelum orang tertarik untuk membeli batik dia pasti akan membaca dulu ceritanya,” tambahnya.
Di sisi lain, Khofifah juga mengunjungi Rumah Coklat Bodag di Desa Bodag. Khofifah menyempatkan melihat proses pengolahan dan produksi coklat.
Pujian lalu dilontarkan oleh Gubernur Jatim ini atas pengembangan yang tidak semata menyajikan dan menjual minuman coklat. Pasalnya, desa ini juga menjadi pusat produksi cokelat di Madiun.
Di Rumah Coklat Bodag tersebut disediakan tempat minum olahan coklat dengan pemandangan sawah dan beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk keluarga. Dalam ruang produksi terdapat pedoman untuk pengolahan produksi secara halal yang dipasang di dinding. Terdapat mesin penyangrai, diseller, pemasta, freezer box, mesin pengemas otomatis.
Rumah coklat yang dikelola BUMDES Abadi tersebut mulai produksi dan dibuka untuk umum pukul 09.00 – 16.00 WIB dengan produksi sebanyak 10-20 kg per hari. Adapun olahan yang diproduksi seperti milk chocolate, dark chocolate, bubuk coklat murni, bubuk coklat 3 in 1, bubuk coklat renteng.
Khofifah menyebutkan, Rumah Coklat Bodag ini didirikan dengan pengembangan ekonomi kreatif dari pemerintah pusat Rp 1,5 miliar. Uang bantuan tersebut digunakan untuk membina sumber daya manusia (SDM), membangun lokasi produksi dan kedai, serta membeli alat produksi cokelat.
Di desa Bodag juga dihadirkan gapoktan petani cokelat dengan varian produk yang sudah cukup dikenal. Kopi lereng gunung Wilis dari Desa Kare Kecamatan Kare. Ini sangat berpotensi untuk diusulkan menjadi desa devisa juga. (ST02)