SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima Duta Besar (Dubes) Jepang untuk Indonesia H.E. Kanasugi Kenji bersama Konjen Jepang Takeyama Kenichi di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (25/10) malam. Pertemuan tersebut merupakan kunjungan official pertama bagi Dubes Jepang di Provinsi Jawa Timur.
Khofifah pun menyampaikan selamat datang kepada Kanasugi Kenji. Kunjungan tersebut dinilai sebagai kehormatan bagi Jatim, untuk mempererat kerjasama antar kedua belah pihak.
“Kami berharap kita dapat melanjutkan diskusi untuk menginisiasi program kerja sama baru yang dapat mendukung kebijakan pembangunan dan meningkatkan hubungan antar masyarakat Jatim dan Jepang,” ujar Khofifah.
Mantan Mensos RI ini mengajak Dubes Jepang mempererat kembali kerjasama berbagai bidang khususnya pendidikan dan perdagangan. Salah satunya dalam bentuk beasiswa apa saja yang bisa menaikkan keterampilan atau skill berupa vocational training dan pertukaran pelajar (student exchange).
Hal itu dinilai penting, untuk meningkatkan kualitas ketrampilan dan SDM sekaligus Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jatim. “Kami berharap ada penguatan kerjasama di bidang pendidikan, baik berupa beasiswa, vocational training, maupun pertukaran pelajar. Karena, selain untuk meningkatkan kompetensi, perluasan jejaring, juga akan bisa memberi dampak multiplier effect pada banyak hal,” ajak orang nomor satu di Jatim itu.
Ia menyebut pertukaran pelajar terakhir adalah tahun 2019. “Kami harapkan pada tahun 2022 pertukaran pelajaran dapat dilakukan kembali antara Jatim-Jepang. Semoga pandemi Covid-19 segera berahir sehingga program kerjasama dapat dilanjutkan,” tambah Khofifah.
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, perkuatan kerjasama bidang pendidikan juga bisa dilakukan dalam sektor kesehatan yang bersifat aplikatif dengan rumah sakit (RS) di Jatim. Salah satunya bekerjasama dengan RSUD dr Soetomo.
“Jika selama ini kerjasama telah dilakukan dengan Unair dan ITS. Kami berharap agar ke depan ada penguatan kerjasama pendidikan dan layanan kesehatan antara Jepang dengan RSUD dr Soetomo Surabaya atau RSUD lainnya,” jelas Khofifah.


Sementara di bidang perdagangan, Khofifah memaparkan, menurut data BPS Jatim sejak 2017-2021, neraca perdagangan Jawa Timur dengan Jepang menunjukkan surplus bagi Jawa Timur. Khususnya untuk periode Januari-September 2021 senilai US $ 1,8 miliar.
Rinciannya yaitu nilai ekspor Jawa Timur ke Jepang sebesar US $ 2,4 miliar dan nilai impor Jawa Timur dari Jepang sebesar US $ 530 juta.
“Untuk periode Januari – September 2021, Jepang merupakan negara tujuan ekspor Jawa Timur yang berada di urutan ke-2, dan berada dalam urutan ke-6 sebagai negara pengimpor ke Jawa Timur,” jelas Khofifah.
Selanjutnya, dari sisi investasi Jepang di Jatim sejak 2010 sampai dengan semester pertama 2021, tercatat sebanyak 203 bidang usaha di 23 kabupaten/kota dengan nilai investasi US$ 2,88 miliar, dengan beberapa bidang usaha terbesar yaitu sektor industri makanan, industri kayu, industri kertas, dan industri logam, dan industri farmasi. Selain itu, setiap tahun di Jatim dilakukan misi bisnis/dagang dari pengusaha Jepang yang juga difasilitasi oleh Konjen Jepang di Surabaya dan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.
Disebutkan Khofifah, pada bulan Januari 2021 ada investasi dari Jepang pengembangan seaport di wilayah Tuban. Ia berharap ke depannya akan lebih banyak lagi investasi-investasi di Jatim agar ekonomi di Jawa Timur terus tumbuh berkualitas dan inklusif.
“Saya siap menggelar lebar ‘karpet merah’ bagi para investor di Jatim. Karpet merah yang dimaksud adalah membuka lebar untuk investasi baik PMA maupun PMDN di Jatim,” tandas Khofifah. (ST02)





