SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Ada yang berbeda dari kegiatan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Rabu (8/9). Sejak pagi, dia keliling Surabaya dengan menggunakan Vespa. Ia berangkat dari Balai Kota Surabaya menuju bozem Medokan Sawah Timur, Kecamatan Gununganyar.
Usai dari bozem, ia lantas menuju SMPN 62 di Jalan Gununganyar Jaya, meninjau pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Di sekolah tersebut, ia menyapa para siswa yang sudah masuk sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat. Kebetulan, saat itu proses belajar mengajar sedang berlangsung.
“Bagaimana kabarnya adik-adik? Enak mana sekolah di rumah dengan masuk langsung di sekolah?” tanya Eri kepada para pelajar. Mereka pun serentak menjawab enak sekolah tatap muka.
Dalam pesannya, Eri meminta pelajar selalu memakai masker. Bahkan, ia meminta untuk selalu mengingatkan saudara-saudaranya dan juga orang tuanya untuk selalu memakai masker di mana pun berada.
“Ini penting supaya Surabaya cepat terbebas dari Covid-19,” ujarnya.
Setelah menyapa siswa yang PTM, Eri juga menyapa siswa yang mengikuti pembelajaran via daring. Kepada siswa yang mengikuti pembelajaran dari rumah itu, ia juga meminta mereka untuk selalu menjaga kesehatan dengan terus menjaga protokol kesehatan, terutama memakai masker.
“Sehat selalu ya, tolong sama-sama dijaga kesehatannya. Jadi, yang jaga Surabaya adalah adik-adik juga, makanya harus taat dan patuh pada guru dan orang tua. Sukses selalu dan semangat terus ya,” terang Eri.


Usai meninjau PTM, mantan kepala Bappeko ini beranjak pulang melewati Jalan Ir Soekarno atau Merr. Dalam perjalanan pulang itu, ia terlihat pelan-pelan sambil mengawasi kondisi Kota Surabaya.
Tak lama setelah melewati Jalan Merr, tiba-tiba ia menepi dan turun dari Vespa. Kemudian, ia menemui seorang perempuan yang ternyata tukang tambal ban dan penjual bensis eceran.
Dengan tanpa melepas helm dan kacamatanya, ia menanyakan nama, tempat tinggal dan penghasilan perempuan tukang tambal ban itu.
Ternyata, perempuan tukang tambal itu bernama Winarni, warga Surabaya yang tinggal di kos-kosan. Ia bekerja menjadi tukang tambal ban demi membiayai anaknya yang sedang sekolah di SMA Untag. Padahal, penghasilannya dari tukang tambal ban dan jualan bensis eceran tak menentu.
Makanya, Eri pun berusaha membantu ibu itu. “Saya tadi kaget ketika lewat di sini Bu. Kok ada perempuan yang jadi tambal ban. Luar biasa Panjenengan ini. Ibu mau gak kalau saya latih jahit sepatu dan tas? Supaya penghasilannya lebih banyak dari pada ini. Tidak tega saya bu melihat perempuan seperti ini (jadi tukang tambal ban),” kata Eri kepada Warni, si perempuan tukang tambal ban itu.
Wali Kota Eri memastikan akan mendata Warni dan memberikan pelatihan. Demi meyakinkan Warni, ia lantas membuka helmnya. Warni kaget dan baru tahu bahwa lawan bicaranya itu adalah Wali Kota Surabaya.
“Ibu ngerti saya? Saya Wali Kota Surabaya Bu…,” kata Eri.
Eri pun meminta ibu itu untuk sabar. Dikatakan, ia akan berusaha memberikan pelatihan untuk meningkatkan penghasilannya. Pada kesempatan itu pula, ia juga meminta ajudannya untuk memberikan bantuan. Setelah Wali Kota Eri menaiki sepeda motornya, ajudannya itu memberikan bantuan uang kepada Ibu Warni.


Setelah melanjutkan perjalanan ke Balai Kota, lagi-lagi Eri berhenti. Ternyata, ia melihat ada seorang ibu bersama dua anaknya yang masih kecil duduk-duduk di trotoar pinggir jalan.
Setelah menyapa ibu tersebut, Wali Kota Eri juga meminta ajudannya untuk memberikan bantuan kepada ibu tersebut. Kemudian, ia pun melanjutkan perjalanannya. Dalam perjalanan pulang itu, ia juga berkali-kali menyapa warga ketika berhenti di traffic light. Ia nampak akrab dengan warganya itu.
Sementara itu, Ibu Warni mengaku tidak menyangka didatangi Wali Kota Eri. Ia juga menyampaikan terimakasih karena akan dibantu pekerjaan dan sudah diberi bantuan uang. “Terimakasih banyak Pak Eri. Semoga Pak Eri sehat selalu. Senang sekali kalau mau dibantu oleh beliau. Ini tadi juga saya dibantu uang,” ujarnya. (ST01)





