SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 berdampak pada menurunnya kasus Covid-19 di Kota Surabaya. Bahkan, sejak Senin (9/8) lalu, Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) Surabaya telah nihil pasien Covid-19.
“Alhamdulillah mulai kemarin sudah tidak dihuni warga yang terkena Covid-19,” kata Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara, Selasa (10/8).
Ia menjelaskan, sebelumnya RS Lapangan Tembak yang dikelola Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pernah dihuni sampai 100 pasien. Namun, dengan adanya pelaksanaan PPKM Level 4, serta meningkatnya disiplin warga terhadap protokol kesehatan (prokes), sehingga kasus Covid-19 di Surabaya bisa terus melandai.
Namun meski nihil pasien, Febri menyebut, sekarang ini RS Lapangan Tembak masih dalam posisi standby. Artinya, sarana prasarana yang ada tetap disiagakan untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Apalagi penularan Covid-19 ini bisa saja terjadi karena adanya pergerakan antar manusia. “Asalkan kita bisa tetap menjaga prokes, menjaga jarak, kebersihan dan juga mengikuti vaksin, Insya Allah akan terjadi suatu perlindungan di Surabaya,” tuturnya.
Sementara itu, di Rumah Sakit Indoor Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, per hari ini masih dimanfaatkan untuk isoter oleh 44 warga. Mereka diketahui memiliki gejala ringan hingga sedang.
“Gejalanya ada yang sedang dan ringan. Tapi sampai hari ini Insya Allah terkendali, pasien juga diperhatikan maksimal oleh petugas di lapangan,” ujarnya.
Febri juga menyatakan, bahwa kasus Covid-19 di Surabaya dapat melandai karena dilatarbelakangi dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap warga di sekitar. Hal ini tentu didukung oleh satgas dari kecamatan dan kelurahan yang responsif melakukan mediasi dan evakuasi ketika ada warga yang terpapar Covid-19.
Ketika ada yang terpapar Covid-19 di Surabaya, satgas kecamatan maupun kelurahan melakukan mediasi isolasi di rumah sehat maupun Hotel Asrama Haji (HAH).
“Kalau seandainya gejala agak sedang maupun ke arah berat, maka akan langsung dirujuk ke RSUD dr Soewandhie,” terangnya.
Di samping itu, kasus Covid-19 di Kota Surabaya terus melandai karena pihaknya juga terus masif melakukan penanggulangan di tingkat hulu. Makanya, setiap ada warga yang terpapar langsung dilakukan perawatan secara terpadu di rumah sehat.
“Jadi kenapa ini (kasus) bisa landai, karena kami mencoba untuk melakukan pemutusan mata rantai di awal (hulu). Karena sebanyak apapun hilir ketika luapan dari hulu banyak, maka akan jebol juga. Karena itulah ditampung di rumah sehat atau di HAH,” ungkap dia.
Febri mengungkapkan, per tanggal 9 Agustus 2021, ada sebanyak 2.090 warga di Surabaya yang melakukan isolasi mandiri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.696 warga dapat dimediasi ke rumah sehat untuk isolasi terpadu (isoter).
“Satgas dari pemkot kemudian dibantu TNI POLRI juga kemampuan dari Pak Camat dan Lurah itu berhasil melakukan mediasi kepada 1.696 orang dari total 2.090 (isoman) untuk bisa dilakukan isolasi terpadu,” jelasnya.
Sedangkan sisanya, mereka melakukan isoman di rumah. Menurut Febri, ini berdasarkan hasil asesmen Satgas Covid-19 yang merekomendasi bahwa rumah mereka layak digunakan untuk isoman. Tentunya warga yang isoman tersebut di bawah pantauan atau monitoring tenaga kesehatan di puskesmas setempat. (ST01)





