SURABAYATODAY.ID, SIDOARJO – Puti Guntur Soekarno terus menunjukan kecintaan terhadap tanah air. Cucu proklamator Soekarno ini mengharapkan semua warga negara menjaga keberagaman dan Pancasila untuk menjadikan kehidupan menjadi lebih baik.
Bahkan Puti memiliki kutipan tentang keberagaman dan Pancasila ini. Menurutnya, hal itu sudah tidak bisa ditawar.
“Kalau soal nenjaga keberagaman, menjaga Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, itu sudah tidak bisa ditawar,” kata Puti di awal pernyataannya dalam diskusi virtual dengan PAC PDI Perjuangan Kecamatan Taman dan Pengurus Ranting PDI Perjuangan se-Kecamatan Taman, Sidoarjo.
Pembukaan yang dilontarkan Puti langsung menyita perhatian peserta. Hal ini terjadi lantaran adanya keberagaman yang mulai terkoyak dan upaya melemahkan Pancasila. Masyarakat juga tidak memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika secara utuh.
“Kita harus memahami pilar adalah tiang utama dasar penopang. Di Indonesia ada empat pilar yang harus terus diperkenalkan kepada masyarakat, Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Puti.
Perempuan yang juga anggota DPR RI ini menuturkan, saat ini banyak tantangan yang dihadapi bangsa di era teknologi ini. Di antara tantangan itu adalah masih lemahnya penghayatan pengahayatan dan pengamalan agama, serta muncul pemahaman agama yang sempit dan keliru.
Selain itu, pengabaian tentang kepentingan daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan, serta kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan tehadap kebhinnekaan dan kemajemukan. Menurut Puti, hal ini menjadi salah satu faktor persoalan yang harus segera dicarikan solusinya.
“Kurang keteladanan terhadap sikap dan prilaku sebagai pemimpin dan tokoh bangsa, dan tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal juga menjadi masalah yang harus diselesaikan dengan cepat,” ujarnya.
Namun ia juga mengingatkan bahwa tantangan tidak hanya muncul dari internal, namun tantangan dunia luar. Hal ini terlihat dari pengaruh globalisasi yang semakin luas dan persaingan antar Bangsa yang semakin tajam, serta makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.
“Yang lebih parah ada upaya penghapusan sosialisasi pengenalan Pancasila terhadap generasi Bangsa,” ungkapnya.
Fakta ini terlihat dari ditemukannya pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila dicabut, badan pembina pelaksanaan pendidikan penghayatan dan pengamalan Pancasila dibubarkan, serta mata pelajaran pendidikan Pancasila tingkat dasar, menengah, dan pergurun tinggi dihapus.
“Regulasi disektor pendidikan masih belum mengakomudir sosialisasi Pancasila sebagai mata pelajaran wajib,” papar dia.
Bahkan saat ini, instansi yang menangani pendidikan juga belum secara penuh menjadikan Pancasila sebagai landasan karakter generasi penerus. “Materi Pancasila yang terintegrasi dalam pendidikan kewarganegaraan belum berlandaskan pada dokumen histori yuridis,” jelas Puti. (ST06)