Surabayatoday.id, Sidoarjo – Makin beragam saja upaya untuk menyelundupkan narkoba ke tahanan. Berbagai modus operandi dilakukan. Salah satunya yang dilakukan HA (26) warga Gubeng Kelisingan, Surabaya.
Pria ini tepergok memasukkan sesuatu yang diduga sabu-sabu yang akan dibawa ke Rutan Medaeng, Jumat (19/2). Untuk mengelabui petugas, ia berusaha membawa ‘sesuatu’ itu dengan kemasan ikan.
Berpura-pura bezuk, ia memasukkan beberapa barang dalam kemasan plastik di dalam ikan mujaer. Tetapi aksinya ini ternyata tepergok.
HA ini memanfaatkan layanan penitipan barang drive thru. Pria yang berdomisili di Surabaya itu diminta menunggu sampai barang selesai diperiksa petugas. HA mengaku sebagai keponakan HBR, seorang tahanan kasus penyalahgunaan narkotika.
“Saat itu, Hendra Afkar menitipkan makanan dan obat-obatan untuk tahanan kami bernama HBR,” ujar Kepala Pengamanan Rutan Medaeng Deri Prihandoko.
Sesuai SOP yang berlaku, petugas rutan yang melayani penitipan barang memindahkan barang yang dititipkan ke kantong plastik transparan. Petugas melakukan penggeledahan makanan yang dititipkan. Yaitu tujuh ekor ikan pepes mujair.
Nah, di dalam ikan mujaer itulah ditemukan sesuatu yang mencurigakan. Apalagi HA juga memperlihatkan gelagat mencurigakan pula.
“Pelaku ini menunjukkan gelagat yang mencurigakan saat kami memindahkan makanan ke plastik. Kami langsung ambil tindakan,” jelas Deri.
Kecurigaan para petugas terbukti. Saat membuka perut ikan pertama, terdapat serbuk kristal putih yang dibungkus kertas. Kertas tersebut dipilin sehingga mirip rokok lintingan. Nah, di dalamnya terdapat serbuk kristal putih yang dibungkus plastik klip.
Hal yang sama juga ditemukan saat petugas membedah ikan-ikan selanjutnya. “Barang bukti belum ditimbang, tapi ada tujuh paket diduga sabu. Enam dibungkus kertas, satu paket dibungkus plastik klip,” terang Kepala Rutan Medaeng Wahyu Hendrajati.
Mengetahui hal tersebut, pihaknya menghubungi pihak kepolisian untuk tindak lanjut. Barang bukti sudah diserahkan ke Polsek Waru. “Saat ini kami sedang melakukan interogasi dan mengamankan HBR di sel isolasi,” tutup Hendrajati. (ST01)