Surabayatoday.id, Surabaya – Pemberian vaksin Covid-19 di Surabaya sudah dicanangkan dan dimulai sejak 15 Januari 2021. Saat itu Plt Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana menjadi orang yang pertama disuntik vaksin tersebut. Sedangkan tokoh lainnya di antaranya adalah Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono.
Dalam vaksinasi tersebut, baik Whisnu Sakti Buana dan Adi Sutarwijono mengajak masyarakat jangan takut untuk divaksin. Keduanya mengatakan vaksin aman dan halal. Meski demikian tetap saja ada masyarakat yang menyuarakan penolakan terhadap vaksinasi itu.
Menanggapi hal itu Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah mengatakan ada kemungkinan masyarakat belum tahu secara utuh tentang vaksinasi Covid-19 ini. “Kita perlu tahu dulu apakah itu dilakukan oleh orang yang belum mendapat informasi secara utuh. Jangan sampai mereka ini belum mengetahui pentingnya vaksinasi kemudian menyebarkan informasi yang salah,” katanya.
Khusnul menambahkan vaksin dibutuhkan masyarakat. Sebab vaksinasi Covid-19 untuk herd imunity. Ia meminta Pemkot Surabaya lebih massif melakukan sosialisasi pentingnya vaksin ini.
“Caranya dengan sosialisasi dan edukasi yang masif kepada masyarakat bahwa vaksin tersebut untuk memperkuat imun tubuh,” jelasnya.
Khusnul kembali menjelaskan, seluruh warga Surabaya akan mendapat vaksin Covid-19 secara bertahap sampai Maret 2022. Namun di tahap pertama ini vaksinasi baru dilakukan kepada tenaga kesehatan (nakes) dan para pekerja di bidang kesehatan.
“Ini sudah sesuai instruksi dari pemerintah pusat. Yang selanjutnya kepada TNI/Polri,” kata Khusnul.
Khusnul juga mengingatkan jika masyarakat sudah mendapat vaksin, agar tetap menjaga menjaga protokol kesehatan. Dengan selalu memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.
“Jangan mentang-mentang sudah di vaksin terus seenaknya tidak memakai masker,” pungkasnya.


Keinginan agar Pemkot Surabaya gencar sosialisasi tentang vaksin Covid-10 juga disampaikan anggota Komisi D DPRD Surabaya, Hari Santosa. Ia mengatakan saat ini Pemkot Surabaya harus melakukan sosialisasi pentingnya vaksin itu.
“Sosialisasi mulai dari pejabat dinas-dinas, lurah, dan kecamatan, LKMP, RW hingga ke level RT. Jadi kita bersama-sama mengkampanyekan siap vaksin, serta bersama siap menjadi tokoh protokoler kesehatan,” ujarnya.
Ia menambahkan, langkah Pemkot Surabaya yang sudah melakukan gerakan vaksinasi kepada pejabat di Forkompinda di Balai Kota, hal itu merupakan salah satu bentuk sosialisasi ke masyarakat. Tetapi ia menerangkan bahwa vaksin akan dilakukan dua kali.
Karena itu ia mengingatkan jangan sampai Surabaya kekurangan vaksin. “Jangan sampai ketika pejabat dan masyarakat paham dan siap divaksin, lalu pemerintah sendiri yang belum siap dosis vaksinnya,” terangnya.
Ia pun menambahkan bahwa dilema yang dihadapi sekarang adalah banyak orang paranoid terhadap Covid-19. Kekhawatirannya adalah jika pemerintah yang justru belum siap, maka akan timbul hoax-hoax yang tidak bertanggung jawab, yang membuat masyarakat kembali tidak percaya pada vaksin Covid-19.
“Jadi kembali lagi Pemkot Surabaya harus melakukan sosialisasi pentingnya vaksin Covid-19, dengan target memutus mata rantai virus pandemi Covid-19,” jelasnya. (ADV-ST01)