Surabayatoday.id, Surabaya – Rencana Kebijakan Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat dari pemerintah pusat yang bakal diterarapkan di Surabaya Raya ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi di Pemkot Surabaya. Pada rapat tersebut, Plt Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana menyatakan keberatan.
Alasannya, di Surabaya angka kasus Covid-19 sudah mulai turun pasca kenaikan angka di momen liburan Natal dan tahun baru (Nataru) beberapa waktu lalu. Selain itu, penerapan semestinya juga dilakukan di wilayah lain di Jawa Timur.
“Di wilayah Jawa Timur ada empat kabupaten kota yang zona merah tidak diterapkan PSBB. Itu tadi yang juga saya proteskan,” kata Whisnu.
Ia menjelaskan, apabila dilakukan Kebijakan Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat dilakukan di Jatim, maka secara menyeluruh kabupaten/kota di Jatim juga harus menerapkan hal yang sama. Sebaliknya, jika kebijakan itu hanya parsial justru di wilayah yang cenderung membaik beberapa, yang di khawatirkan adalah banyaknya pasien dari luar kota yang dilimpahkan ke Surabaya.
“Kan kita jadi ketiban sampur. Kita tidak hanya melihat sisi penanganan Covid-19 saja, tetapi ada dampak yang lebih luas lagi,” tegasnya.
Hal ini didukung dengan pernyataan pendapat dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Surabaya dr Bhramana Askadar. Ia menyampaikan sebenarnya pasien yang dirawat di rumah sakit (RS) ini tidak sepenuhnya berasal dari Surabaya.
“Saat ini kondisinya tidak seratus persen pasien adalah warga Surabaya sendiri,” tegasnya.
Sementara itu, dari Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Hermin menyebut situasi di Surabaya ini menerima rujukan dari luar kota masih 50 persen. Apalagi, menurutnya saat ini ditolong oleh RS darurat seperti Hotel Asrama Haji (HAH) dan RS Lapangan di Indrapura.
“Di mana pasien-pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) juga ditampung di situ,” papar dia.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita menambahkan hingga saat ini berdasarkan data yang tercatat masih ada sekitar 112 tempat tidur tanpa tekanan negatif yang siap digunakan. Dia pun mengimbau kepada rumah sakit untuk mengarahkan pasien di Hotel Asrama Haji (HAH) apabila kondisi pasien sudah lebih baik.
“Itu untuk mencegah antrean sehingga di IGD tidak terlalu banyak. Kalau saya lihat minggu lalu dibandingkan sekarang sudah berkurang,” terangnya. (ST01)