Surabayatoday.id, Surabaya – Di masa pandemi covid-19, ibu dan anak menghadapi risiko kematian. Ada data menyebutkan karena covid-19 ini, ibu hamil kesulitan mendapatkan pelayanan persalinan di rumah sakit.
Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Provinsi Jatim drg Vitria Dewi MSi mengatakan pihaknya mendapat beberapa laporan atas hal itu. Seperti di Kediri, Jombang dan Jember.
“Rumah sakit kebanyakan penuh dan kekurangan bed. Sulit bagi ibu hamil untuk mendapatkan pertolongan dalam persalinan,” katanya.
Hal ini disampaikannya dalam Deseminasi Hasil Analisis Agregat Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Jatim yang digelar Geliat Universitas Airlangga bersama UNICEF, Rabu (30/12). Menurut dia, dalam situasi ini dibutuhkan kolaborasi antar pihak untuk mencegah risiko kematian ibu dan anak di berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur.
Ia menambahkan, ada juga laporan dari Jember yang menunjukan fakta baru. Yakni ketika ibu melahirkan tak mendapatkan layanan di rumah sakit, mereka larinya ke dukun bayi.
“Ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita semua,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, ada juga kasus ibu melahirkan yang tidak mau dirujuk ke rumah sakit. Alasannya karena takut dikatakan terpapar covid-19.
Vitria menjelaskan pihaknya melihat permasalahan kematian ibu dan anak cukup kompleks. Makanya berbagai data yang di lapangan sangat dibutuhkan untuk mendukung hasil analisa yang kemudian dipakai sebagai langkah untuk mencari solusi.
Ia melanjutkan, persoalan ini memang harus diatasi sejak dini. Pihaknya sudah koordinasi dengan bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) kalau sebuah daerah butuh rumah sakit untuk rujukan ibu melahirkan.
“Ada rumah sakit milik daerah lain yang bisa dipakai dengan cara terencana dan sejak dini tentunya,” ungkapnya.
Selain itu dibutuhkan banyak agen perubahan perilaku di berbagai daerah. Sehingga masyarakat tidak takut dan harus dipastikan aman ketika melahirkan.
“Situasi saat ini memang butuh perubahan perilaku, nanti teman-teman dari promkes akan membantu. Bahkan, teman-teman TNI juga bisa menguatkan masyarakat untuk perubahan perilaku,” jelasnya.
Sementara itu Child Survival and Development (CSD) Specialist UNICEF, dr. Armunanto, M. PH menuturkan, upaya menekan kematian ibu dan anak di Jatim harus terus dilakukan selama masa pandemi ini. Sebab, ada beban ganda dengan pandemi yang sedang melanda di hampir semua negara di dunia.
“Situasi pandemi belum mereda, hasil rekomendasi dari pencegahan kematian ibu dan anak juga harus memperhatikan arah kebijakan RPJMD dan RPJMN,” jelasnya.
Person in Charge (PIC) Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Membangun Generasi Cemerlang Berbasis Keluarga (Geliat) Universitas Airlangga Surabaya, Dr. Nyoman Anita Damayanti menuturkan, berbagai data akan diolah untuk bisa menjadi pijakan dalam mencari penyebab kematian ibu dan anak di Jatim. Misalnya, perlu pemhumpulan data-data sekunder dari berbagai dinas yang ada di Pemprov Jatim maupun Pemerintah kabupaten/kota. Sampai saat ini, pihaknya juga mendapatkan banyak data dari 18 kab/kota yang sudah melakukan kerjasama.
“Kita akan berdiskusi lagi dalam mengolah data-data itu, sekaligus meraih cita-cita bersama untuk menekan kematian ibu dan anak,” jelasnya.
Namun ia menyadari bahwa kerja bersama dalam menekan kematian ibu dan anak tak bisa sendirian. Semua pihak memiliki peranan besar dalam memberikan kontribusi bersama untuk menekan risiko kematian ibu dan anak ini. (ST01)