Surabayatoday.id, Surabaya – Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada perekonomian. Sektor pendidikan pun terkena imbas dengan ditiadakannya sekolah tatap muka alias sekolah dilakukan secara daring.
Namun dengan pandemi covid-19 ini, semua sektor harus bisa menyiasatinya dengan cara-cara khusus. Salah satunya pendidikan bagi anak usia dini (PAUD) yang harus dipastikan terus berjalan.
Para pengelola PAUD pun dituntut kreatif dan inovatif dalam menjalankan pendidikan jarak jauh. Tantangannya adalah melawan kebosanan anak. Selain itu siswa PAUD belum banyak mengenal dunia teknologi.
Dalam selebrasi sharing inovasi dan kreasi PAUD dalam menyukseskan pembelajaran sehat di era adaptasi kebiasaan baru dibahas tentang hal tersebut. Kegiatan ini digelar Geliat Universitas Airlangga (Unair) bersama UNICEF, Selasa (29/12). Di forum inilah muncul berbagai role model yang dipakai berbagai pengelola PAUD.
Pengajar KB At Taqwa Wiyung Any Rahmawati mengatakan era kebiasaan baru memang tidak bisa disamakan dengan sebelumnya. Pihaknya melakukan pengembangan karakter dan keaksaraan. Termasuk juga layanan orang tua yang sekarang menjadi partner belajar bagi sekolah dan siswa.
“Ada juga layanan psikolog dari sekolah, termasuk juga layanan parenting series,” ujarnya.
Ia menceritakan sebelum proses pendidikan dimulai, pihaknya melakukan trial kelas bagi para siswa dan orang tua untuk bisa bergabung di aplikasi zoom. Pihaknya mengelar pelatihan pembelajaran online terlebih dahulu.
Dikatakan, pihaknya menyadari menyadari kalau layanan anak di tingkat PAUD tidak bisa langsung diajak belajar jarak jauh melalui aplikasi zoom. “Jadi kita buat video semenarik mungkin untuk mengenalkan. Baik itu guru, layanan di kelas, cara belajar sampai beragam permainan. Tujuannya agar anak tertarik dan mau ikut dalam pembelajaran daring,” jelasnya.
Di sisi lain, beberapa keluhan datang dari orang tua. Misalnya, mereka bekerja dan tidak bisa mendampingi anaknya belajar. Sehingga langkah baru pun diambil.
“Ada kelas malam yang bisa dilakukan. Termasuk juga Jumat sehat dan bersih serta funday cooking yang kami lakukan secara online,” ucapnya.
Any menambahkan, pihaknya pun membuka layanan orang tua dengan pemberian peralatan sekolah drive thru, penerimaan rapor drive thru, konsultasi online dan sosialisasi tema secara virtual. “Semuanya dilakukan secara online, termasuk evaluasi pembelajaran juga dilakukan via zoom,” jelasnya
Hal lain disampaikan pengajar TPA Khadijah Islamic Day Care, Zilmi Tri Rahma Yunita. Ia menuturkan pihaknya sempat kebingungan ketika pandemi mulai masuk ke Indonesia. Penitipan anak sudah tidak bisa dilakukan, pihaknya pun mencari pembelajaran terbaik yang aman bagi anak untuk dilaksanakan.
Cara daring pun kemudian ditetapkan. “Saat pandemi, pihak pengajar mendampingi orang tua menjalankan peran guru di rumah,” kata Zilmi.
Ia melanjutkan pihaknya juga memberikan stimulus perkembangan melalui tugas yang sudah tersusun. Termasuk juga bekerjasama dengan orang tua untuk memaksimalkan perkembangan selama belajar di rumah. Kegiatan belajar pun dilakukan melalui aplikasi zoom sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi 30-40 menit tiap sesi.
“Kami juga memahami orang tua yang bekerja. Makanya kami juga sediakan jam belajar malam hari,” jelasnya.
Selain itu, katanya, pihaknya juga membuat story telling, senam, serta dancing bagi peserta didik untuk terus mengembangkan motorik anak. Bahkan, daring mengaji juga dilakukan, sehingga tidak hanya pelafalan, tapi juga ada hasil karya yang dibuat oleh anak-anak.
“Tugas juga dilakukan melalui keterangan tulisan dan video. Mengasah motorik dengan menggunting, mengasah kemandirian dan empati dengan pekerjaan rumah sederhana seperti melipat pakaian, dan membuat kemampuan seni dengan membuat layang-layang,” sambungnya. (ST01)