Surabayatoday.id, Surabaya -Pembangunan apartemen saat ini diperlukan untuk menopang tempat tinggal masyarakat akibat lahan yang semakin sempit. Namun, tak dipungkiri bahwa dalam membangun infrastruktur tersebut diperlukan sumber daya yang besar.
Melihat hal tersebut, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menawarkan inovasi proyek pembangunan apartemen dengan menggunakan jenis bekisting peri dan pelat precast. Mereka adalah Ahmad Wisam Abdillah, Kevin Adinugraha Sudijar, dan Mukhammad Zadhi Nashruddin. Ketiga punggawa dari Departemen Teknik Sipil ITS itu menawarkan kedua inovasi tersebut untuk proyek pembangunan salah satu apartemen di Kota Malang.
Ahmad Wisam Abdillah mengatakan inovasi bekisting peri merupakan jenis bekisting yang terbuat dari baja sehingga dapat digunakan berkali-kali sampai proyek apartemen selesai. Dikatakan mahasiswa yang akrab disapa Wisam itu, bekisting peri ini bentuknya hampir sama dengan bekisting kayu konvensional yang pada umumnya digunakan.
Namun, jenis bekisting ini dinilai lebih tahan lama dan dapat meminimalisasi terjadinya diskoneksi pada bekisting. “Selain itu, bekisting ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran pada bekisting,” ungkapnya.
Pada proyek ini, jenis bekisting tersebut digunakan untuk merancang pagar keliling dan kolom apartemen. Tujuannya ialah untuk memangkas durasi proyek agar selesai lebih cepat. “Sebab, apartemen ini memiliki 12 lantai dan terdapat dua lantai bawah tanah untuk parkiran mobil,” jelasnya.
Selain memangkas waktu proyek, bekisting peri ini juga dinilai lebih efisien dari segi sumber daya daripada bekisting kayu. “Penggunaan bekisting ini menyebabkan tidak banyak kayu yang terbuang dan dapat menekan biaya konstruksi,” ungkap mahasiswa angkatan 2017 itu.
Tak hanya bekisting, tim juga mencanangkan inovasi pelat lantai precast hasil cetakan pabrik. Pelat ini digunakan sebagai inovasi dari pelat cor insitu konvensional yang dinilai lambat waktu pengerjaannya. “Pelat precast ini tinggal pasang memasang saja, sehingga mempercepat durasi proyek,” tuturnya.
Dengan efisiensi, waktu penjadwalan proyek juga dapat ditekan. Sehingga pendayagunaan sumber daya manusia (SDM) proyek nantinya bisa lebih maksimal. “Kami memprediksi proyek dapat selesai dalam waktu 20 bulan 22 hari,” kata mahasiswa bimbingan dosen Mohammad Arif Rohman ST MSc PhD ini.
Melalui inovasi tersebut, tim Samala60 ini telah berhasil memenangkan juara pertama pada the 5th Construction Management Competition yang diselenggarakan Universitas Negeri Malang pada Civil Days 2020 lalu. Ia pun berharap, inovasi ini dapat menjadi sarana bagi mahasiswa teknik sipil Indonesia untuk memahami implementasi ilmu sipil di lapangan. (ST05)