Surabayatoday.id, Surabaya – Provinsi Jawa Timur kini memiliki Instalasi Gawat Darurat (IGD) khusus penyakit menular. Ini adalah IGD pertama di Indonesia yang menangani penyakit menular dan bertempat di RSUD dr Soetomo. IGD ini bisa digunakan untuk penanganan pasien covid-19 atau penyakit menular lainnya.
Dirut RSUD dr Soetomo Joni Wahyuadi menjelaskan IGD ini memiliki berbagai sarana. Di IGD ada empat tidur penapisan sebanyak 4 bed, tempat tidur ICU / ruang resusitasi menular sebanyak 15 bed, dan tempat tidur high care IGD penyakit menular 21 bed.
Selain itu ada buffer atau penyangga untuk penyakit menular sebanyak 21 bed, ruang tindakan untuk penderita covid-19 yang sedang hamil sebanyak 6 bed. “Total IGD penyakit menular total 66 bed,” ungkapnya, Minggu (6/12).
Sementara saat ini RSUD dr Soetomo telah melayani pasien covid-19 melalui 163 bed dan yang sedang proses penyeleseian VIP sebanyak 6 bed.
Meskipun ada penambahan ruang layanan pasien covid-19 , Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berpesan agar semua pihak tetap waspada dan patuh protokol kesehatan.
Bagaimana alur pelayanan kesehatan di IGD ini? Nantinya, pasien yang masuk ke RSUD dr Soetomo akan dilakukan screening atau investigasi terlebih dahulu dengan penapisan melalui scoring system. Scoring penapisan secara cepat melalui informasi dan data obyektif ini dilakukan untuk ketepatan diagnosa secara cepat dalam upaya keselamatan pasien, petugas, dan lingkungan rumah sakit.
Kriteria scoring penapisan pasien terduga Covid-19 terbagi tiga yakni score 1-4 (risiko rendah), score 5-19 (risiko sedang), serta score lebih dari 20 (risiko tinggi). Pasien dengan score kurang dari 4 akan ditindaklanjuti di ruang khusus non menular. Sedangkan pasien dengan score lebih dari 4 akan ditindaklanjuti ke ruangan khusus menular.
Gubernur Khofifah mengatakan dengan adanya scoring penapisan pasien di awal, maka bisa dilakukan proses identifikasi untuk memisahkan dan memilah antara pasien satu dengan lainnya, terutama bagi pasien Covid-19 dan penyakit menular lainnya. Menurutnya, sistem scoring ini akan memudahkan bagi siapapun yang menggunakan terutama kepada seluruh staf di rumah sakit.
“Ini menjadi bagian yang penting sehingga dari skor yang ada mereka sudah bisa mengambil keputusan pasien ini dibawa ke bagian apa, ruang apa, dan seterusnya. Termasuk memudahkan rumah sakit menjawab pertanyaan dari pasien dan keluarganya misalnya kenapa mereka dibawa ke ruangan ini dan seterusnya,” katanya.
Dengan adanya layanan ini, lanjut Khofifah, menjadi bagian dari upaya terintegrasi dalam meningkatkan layanan RSUD dr Soetomo kepada pasien. “Karena itu proses pelayanan di rumah sakit juga harus tetap dalam kerangka kehati-hatian meski telah didukung profesionalisme para nakes dan alat kesehatan yang canggih,” terangnya. (ST02)