Surabayatoday.id, Surabaya – Di momen peringatan Hari Pahlawan ke 75, Yayasan 10 November lahir di Kota Surabaya. Sebagai bagian dari masyarakat Surabaya, yayasan ini lahir untuk melestarikan spirit 10 November melalui tindakan nyata. Tindakan itu dilakukan dalam upaya mengentas kemiskinan melalui bidang pendidikan.
Ketua Pengurus Yayasan 10 November, Bachrul Amiq menjelaskan latar belakang terbentuknya yayasan ini. Ia menyebut, 10 November adalah momentum bersejarah mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Maka sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya mengisi kemerdekaan.
“Nah, salah satu cita-cita kemerdekaan yang masih perlu mendapat perhatian adalah mencerdaskan bangsa. Apalagi, konstitusi ini menjamin bahwa setiap warga negara harus memperoleh pendidikan,” kata Amiq.
Namun, kata dia, faktanya adalah masih ada warga Negara yang sulit mengakses pendidikan itu dengan alasan ekonomi. Selain itu juga ada alasan keterbatasan daya tampung sekolah-sekolah gratis negeri ataupun swasta.
Atas dasar inilah kemudian memantik mereka untuk mengumpulkan orang-orang mumpuni dengan berbuat tindakan nyata mendukung pemerintah. “Bentuknya kita mendirikan Yayasan 10 November. Jadi resmi didirikan yang tujuannya murni untuk kegiatan sosial dalam rangka memberikan biaya pendidikan untuk anak-anak miskin,” ungkap dia.
Kegiatan yayasan ini adalah bagaimana menghimpun dana dari publik, baik dari masyarakat sebagai individu, ataupun badan usaha. “Nantinya dana yang telah terkumpul itu akan disalurkan dalam bentuk biaya pendidikan,” terangnya.
Akan tetapi, Rektor Universitas Dr Soetomo Surabaya (Unitomo) Surabaya ini menyatakan, bantuan biaya pendidikan itu tak hanya sekadar disalurkan. Sebab, pihaknya juga melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi terhadap bagaimana keberhasilan dari siswa yang mendapat bantuan pendidikan itu.
“Jadi anak yang kita berikan biaya pendidikan itu sejauh mana berhasil, sustainable-nya (berkelanjutan),” jelas dia.
Menurut dia, bantuan biaya pendidikan ini bakal menyasar ke semua jenjang, baik itu SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Namun mereka yang mendapat bantuan ini harus betul-betul berasal dari keluarga miskin. “Ketika ada anak dari keluarga miskin kita lakukan verifikasi dulu, dan jika benar maka kita bantu,” urai dia.
Amiq menyampaikan, bahwa tujuan akhir dari tindakan nyata melalui bidang pendidikan ini sebetulnya untuk melakukan lompatan status sosial ekonomi. Ia mencontohkan, ketika orang tua penerima bantuan ini adalah tukang tambal ban, dan anaknya disekolahkan, diharapkan anak itu harus lebih sukses dan dapat menyejahterahkan keluarganya.
Di waktu yang sama, Sekretaris Pengurus Yayasan 10 November, Agnes Swetta Pandia menambahkan, selama ini salah satu cara yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam mendukung tersedianya akses pendidikan bagi anak dari keluarga tidak mampu adalah dengan menggandeng perusahaan melalui program CSR. Namun, hal itu setiap tahun harus diajukan, apalagi dengan kondisi pandemi saat ini pasti ada pengurangan yang luar biasa.
“Nah, dengan adanya yayasan ini anak-anak lebih terjamin. Jadi ini sudah ada, tinggal menginventarisir anak-anaknya mana,” kata Etta, sapaan Agnes Swetta Pandia. (ST01)