Surabayatoday.id, Surabaya – Selama pandemi covid-19, capaian angka Imunisasi Rutin Lengkap (IRL) untuk anak di Jawa Timur cenderung turun. Dari Data Universal Child Imunization (UCI) yang dimiliki Dinkes Jatim menunjukkan, ada penurunan cakupan hingga 7,3 persen pada periode Januari-Juni 2020, dibandingkan cakupan UCI periode sama pada tahun 2019.
Padahal IRL sangat penting. Imunisasi itu bisa menghindari risiko terjadinya Kejadian Luar Biasa Kenyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (KLB PD3I) di masa pandemi Covid-19. Sebaliknya, jika tidak diimunisasi, anak sangat rentan terkena penyakit.
Pakar Infeksi dan Pediatrik Tropis Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, Prof. Dr Ismoedijanto, dr., Sp.A(K), DTM&H menuturkan penurunan cakupan IRL ini tak hanya di Jatim, tetapi juga secara nasional. Namun menurutnya, cakupan imunisasi itu juga sudah rendah sejak tahun lalu.
“Cakupan imunisasi tahun lalu saja rendah sekitar 60-70 persen. Jika cakupan terus rendah di tahun ini, maka ada kemungkinan terjadinya KLB wabah lain selama pandemi Covid-19,” ungkapnya, Jumat (18/9).
Ia menjabarkan potensi bahaya jika anak tidak di-IRL. Menurutnya, bayi sangat rentan terhadap penyakit infeksi yang berbahaya,seperti hepatitis B, polio, difteria, pertussis, dan tetanus.
“Sehingga jika tidak imunisasi, kemungkinan untuk terkena penyakit tersebut sangat tinggi, karena sistem imun tidak cukup kuat menghadapinya,” terang Ismoedijanto.
Ia pun berharap orang tua tidak takut membawa anaknya untuk imunisasi. Sebab WHO telah memberikan panduan untuk kegiatan imunisasi pada saat pandemi Covid-19.
Sementara itu, PIC Program Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Berbasis Keluarga dan Masyarakat (Geliat) Unair Surabaya, Dr Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S. membenarkan adanya penurunan imunisasi anak. Ia menyebut sesuai hasil survei cepat yang mereka laksanakan di 24 kabupaten/kota di Jatim, 100 persen responden menyatakan terdapat pandemi Covid-19 berdampak pada imunisasi.
“Sebanyak 83 persen responden menyatakan mengalami penurunan terkait frekuensi kedatangan atau partisipasi masyarakat untuk mengimunisasi anaknya selama pandemi ini. Lalu 100 persen responden mengakui terdapat hambatan pada pelayanan imunisasi selama pandemi Covid-19 ini,” jelasnya.
Hambatan yang paling banyak dirasakan oleh responden, lanjutnya, adalah terkait beban tenaga kesehatan lebih banyak untuk mengurusi Covid-19. Dengan konsentrasi ke Covid-19 itu sehingga kekurangan waktu dan tenaga untuk mengurusi imunisasi.
“Responden yang menyatakan bahwa pelayanan imunisasi dasar adalah yang paling terdampak atau tidak terpenuhi selama pandemi Covid-19 sebanyak 43 persen. Pelayanan imunisasi yang paling terdampak yaitu booster pentavalent,” ujar Nyoman. (ST02)