Surabayatoday.id, Nganjuk – Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meninjau uji coba belajar tatap muka sudah mulai diberlakukan di Nganjuk. Meski di masa pandemi covid-19, belajar tatap muka atau luring ini sudah mulai dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Di tiga sekolah yang didatangi, jumlah siswa yang masuk adalah 25 persen dari jumlah keseluruhan siswa. Untuk SMKN 1 Tanjung Anom Nganjuk, siswa yang diuji coba sekitar 346 orang dari total 1.380 siswa. Sedangkan pada SMAN 2 Nganjuk, dari total 430 siswa yang diuji coba sebanyak 108 siswa. Sedangkan di SLB Shanti Kosala Mastrip dilakukan pada 14 siswa dari total 60 siswa.
Berdasarkan laporan dari Kepala Dinas Kesehatan Nganjuk, Saat ini Nganjuk dalam posisi median rate of transmission yakni 0,86 yang artinya di bawah satu. Selain itu, Nganjuk telah melakukan stratifikasi resiko tiap desa yang berdasarkan 15 Indikator Epidemiologis dari Gugus Tugas COVID-19 pusat. Dari penilaian tersebut didapatkan terdapat 2 desa zona merah, 26 desa zona orange, 40 desa zona kuning dan 216 desa zona hijau. Penilaian ini turut serta menjadi pertimbangan untuk uji coba pembelajaran tatap muka.
Dalam penerapan uji coba pembelajaran tatap muka ini, setiap siswa yang datang diwajibkan untuk melewati check point. Di titik ini, siswa dicek suhu tubuhnya dan diminta cuci tangan dengan menggunakan sabun. Siswa yang suhu badannya lebih dari 37 derajat diminta tidak masuk kelas dan kembali ke rumah.
Selain itu, setiap siswa juga wajib mengenakan masker dan faceshield selama mengikuti kegiatan belajar di kelas. Jarak bangku antar siswa di dalam kelas juga dipastikan aman dengan jarak minimal satu meter. Di setiap bangku siswa juga dipasangi pembatas plastik mika.
Siswa-siswi yang akan mengikuti pembelajaran tatap muka harus mendapat izin tertulis dari dari orang tua/wali siswa disertai dengan keterangan bahwa yang bersangkutan dalam keadaan sehat. Sedangkan untuk memastikan kesehatan semua pihak, juga dilakukan rapid test kepada guru dan tenaga kependidikan sebelum pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka secara terbatas. Dan, bagi guru atau tenaga kependidikan yang hasilnya reaktif tidak diperkenankan hadir ke sekolah.
Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat menjelaskan, pelaksanaan uji coba pembelajaran ini akan dievaluasi pada tiga minggu pelaksanaannya.
“Mudah-mudahan tiga minggu nanti bisa dievaluasi dengan baik untuk dapat dilaksanakan jumlah jamnya atau jumlah jadwalnya,” katanya.
Ditambahkan, akan dikeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) Nganjuk tentang kepatuhan untuk menggunakan masker di semua tempat. Bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi.
“Sanksinya mulai ringan sampai sanksi yang sedang. Untuk sekolah-sekolah sudah ada petunjuk-petunjuk. Tingkat SD-SMP menunggu evaluasi dari SMA dulu. Kalau SMA-nya tiga minggu dievaluasi berjalan dengan baik, maka Kabupaten Nganjuk untuk SMP-nya akan menyusul. Berikutnya nanti dievaluasi satu bulan berjalan maka SD menyusul,” tandasnya.
Sementara itu Gubernur Khofifah mengatakan uji coba pembelajaran, tatap muka terbatas untuk jenjang SMA/SMK/SLB akan dilaksanakan melalui perpaduan dengan pembelajaran dari rumah, dalam jaringan/online dan luar jaringan/offline, atau blended learning/hybrid learning. “Sambil kita berseiring melakukan blended atau hybrid learning. Artinya ada pembelajaran tatap muka seperti ini, pembelajaran secara daring untuk memenuhi kurikulum tetap dilakukan,” urainya.
Ia menjelaskan, durasi pembelajaran paling lama 4 jam pelajaran dalam 1 hari, 1 jam pelajaran 45 menit. Siswa masuk secara bergelombang untuk mengurangi antrean. Misalkan 4 rombongan belajar masuk tiap 30 menit, sehingga jam mulai pembelajaran berbeda-beda, ada yang jam 07.00, 07.30, 08.00.
Sedangkan untuk peserta didik yang memilih untuk belajar dari rumah tetap difasilitasi dengan metode pembelajaran jarak jauh.
Pada kesempatan yang sama, Khofifah menjelaskan, bahwa format yang dilakukan di SMAN 2 Ngajuk bisa dijadikan referensi bagi sekolah lain di tengah Pandemi Covid-19. Sebab, di masing-masing meja belajar siswa diberikan pembatas sekat plastik mika.
Selain itu, lanjutnya, penggunaan Air Conditioner (AC) dalam kelas juga dinonaktifkan, sehingga menggunakan ventilasi udara biasa. Tujuannya agar sirkulasi udara dan supply oksigen dalam kelas dapat berjalan dengan baik.
“Insya Allah yang dilakukan di SMAN 2 Nganjuk ini secure atau aman bagi siswa,” tutup orang nomor satu di Pemprov Jatim ini. (jee)