Surabayatoday.id, Surabaya – Asrama Haji Sukolilo bakal disiapkan sebagai ruang observasi. Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, Asrama Haji bakal digunakan sebagai gedung perawatan alternatif.
Nantinya asrama itu bakal ditempati oleh orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). “Totalnya berjumlah 198. Yang menempati nanti ODP. Jadi aman digunakan untuk asrama observasi,” kata Febria Rachmanita.
Fenny, sapaan akrab Febria Rachmanita menerangkan untuk petugas yang disiapkan di asrama observasi itu, pemkot telah menyiapkan petugas khusus. Petugas ini akan merawat dan menjaga warga yang tinggal sementara di sana.
Petugas itu terdiri dari anggota Linmas, Satpol PP, perawat hingga dokter. “Selama observasi nanti mereka diawasi oleh tim dokter. Ada penjagaan khusus,” katanya.
Sementara itu, Kepala UPT Asrama Haji Sukolilo, Sugianto menyampaikan, bahwa penggunaan kamar di Asrama Haji Sukolilo ini sebagai bentuk dukungan kepada Pemkot Surabaya terhadap upaya penanganan Covid-19. “Kami sudah menyiapkan dua gedung yang bersebelahan tapi ada jarak pembatasnya. Masing-masing berkapasitas 24 kamar dua lantai, jadi total dua gedung itu ada 48 kamar,” kata Sugianto.
Tetapi, jika nantinya kebutuhan kamar di Asrama Haji dinilai kurang, pihaknya memastikan telah menyiapkan opsi baru. Bakal ada penambahan gedung lain yang berjauhan namun masih di area asrama.
“Kami sudah mengantisipasi, ada opsi (gedung) yang berjauhan tapi masih di Asrama Haji,” tambahnya.
Menurutnya, pengawasan terhadap ODP yang menjalani isolasi nantinya cukup ketat. Mereka yang tinggal sementara di sana tidak boleh meninggalkan jauh area gedung dan menerapkan protokol kesehatan.
“Jadi mereka tidak boleh meninggalkan jauh dari area gedung, karena akses ke gedung ini ada pagarnya. Selain itu mereka juga akan mendapat supply makan 3 kali sehari,” terangnya.
Sugianto menekankan bahwa penggunaan Asrama Haji Sukolilo sebagai ruang oservasi tidak mengganggu pelayanan ibadah haji. Sebab penggunaan Asrama Haji untuk ruang isolasi sampai 10 Juni 2020.
Jadi misalnya kalau sewaktu-waktu perjalanan haji dibuka kembali, maka asrama bisa digunakan sebagaimana mestinya. “Ada batas waktu maksimal penggunaan Asrama Haji untuk karantina ini sampai tanggal 10 Juni. Tapi saya yakin mudah-mudahan tidak sampai tanggal itu,” ujarnya.
Tetapi, Sugianto menegaskan, bahwa orang yang menjalani observasi di Asrama Haji bukanlah pasien positif covid-19 atau sakit. Tapi mereka adalah keluarga yang terdampak. Karena itu, ia menekankan kepada masyarakat maupun pegawai di Asrama Haji agar tidak perlu khawatir. (jee)