Surabayatoday.id, Surabaya – Kritikan Wakil Ketua Fraksi PKB DPRD Surabaya Mahfudz bahwa pemasangan spanduk dan brosur Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Eri Cahyadi didalangi oleh Eri sendiri dibantah sejumlah warga. Mereka menegaskan bahwa gerakan tersebut murni inisiatif mereka sendiri.
Salah satunya adalah Sabar Swastono, warga Maspati, Kecamatan Genteng. “Kami pasang spanduk sendiri. Urunan sendiri. Kami ini warga Maspati yang secara sukarela melakukan semua agar Pak Eri Cahyadi mencalonkan diri. Kami mengekspresikan dukungan politik kami. Apa ini salah?” kata tokoh kampung Maspati yang akrab disapa Cak Sabar tersebut.
Begitu juga soal brosur profil Eri Cahyadi. Dalam brosur tersebut disebutkan bahwa Eri Cahyadi yang seorang birokrat di Pemkot Surabaya adalah orang kepercayaan Wali Kota Tri Rismaharini. Karena sudah lama menjadi bawahan langsung Risma, Eri adalah sosok yang bisa meneruskan kebaikan yang sudah dibangun di Surabaya selama ini.
“Brosur-brosur itu dibuat oleh anak-anak muda. Mereka berinisiatif membuatnya karena orang perlu tahu lebih banyak soal Pak Eri. Saya lantas mengusulkan agar penyebarannya dibantu teman-teman loper koran yang juga pernah berinteraksi dengan Pak Eri,” katanya.
Semua aktivitas tersebut, kata Sabar, tidak satupun yang melibatkan Eri Cahyadi. “Kenapa Pak Eri diserang? Apa karena takut saingan? Apa grogi sama calon yang didoron warga Surabaya sendiri?” katanya.
Cak Sabar juga mengkritik pernyataan Mahfudz yang sama sekali tidak mencerminkan kesantunan publik. Dalam pernyataan anggota dewan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dikutip banyak media tersebut, dia mengatakan, “Kalau nanti Eri Cahyadi mendapat rekomendasi partai untuk maju sebagai cawali, apa perlu dikepruki cangkeme.”
“Tidak pantas seorang anggota dewan yang terhormat mengatakan itu. Seharusnya beliau memberi contoh komunikasi politik yang baik. Bukan malah mengumbar emosi seperti ini,” kata Cak Sabar yang merupakan salah satu inisiator Kampung Lawas Maspati tersebut.
Hal yang sama diungkapkan Cak Gembos, warga Sawahan. Dia mengatakan bahwa spanduk dan brosur adalah gerakan warga. “Kami menggunakan hak politik kami untuk memilih calon kami. Kenapa mereka yang marah?” katanya.
Cak Gembos mengatakan bahwa spanduk tersebut hasil patungan warga. “Ongkos spanduk berapa sih? Kami warga masih kuat kok kalau cuma urunan bikin spanduk. Kalau urunan dapat rekom jelas kami nggak kuat,” katanya lantas tersenyum. (Jee)