Salah satu wisata yang terkenal di Singapura adalah sungainya atau Singapore River. Sungai yang ada di tengah kota dan berdiri patung Merlion itu dikemas memiliki daya tarik bagi siapa saja yang datang. Surabaya sudah memiliki patung Suro dan Boyo di Kalimas, tapi belum bisa seperti Singapore River, yang di situ ada wisata sungai dengan Singapore River Cruise.
Surabayatoday.id, Surabaya – Secara demografis, tidak ada beda antara Surabaya dengan Singapura. Dua wilayah sama-sama dekat laut. Karena dekat laut, umumnya kota-kota tersebut memiliki sungai besar.
Surabaya telah dikenal memiliki Kalimas. Bahkan sungai ini sudah termahsyur sejak pemerintahan kolonial Belanda.
Di era dulu, Kalimas menjalankan peran pentingnya sebagai penggerak perekonomian. Masyarakat memanfaatkan Kalimas sebagai ‘jalan air’. Dengan menggunakan perahu, masyarakat melakukan aktifitasnya, terutama sektor perdagangan.
Karena itulah banyak permukiman yang waktu itu ada di tepian sungai. Alasannya tentu saja karena mendekatkan diri dengan jalur transportasi.
Selain permukiman, banyak pusat perdagangan berdiri di sekitar sungai. Tengok saja kawasan Jembatan Merah, Jalan Veteran dan Jalan Pahlawan. Saat ini kawasan tersebut masih menjadi pusat perdagangan karena sejak dulunya memang dipakai sebagai pusat bisnis.
Karena itu, alangkah indahnya jika Kalimas dibangun rapi. Selain jalur air, Kalimas juga bisa menjadi wisata dan menjadi saksi sejarah dari masa ke masa.
Kepala Bappeko Surabaya Eri Cahyadi mengatakan pemkot akan membuat wisata perahu di Kalimas Ngagel, tepatnya di sisi selatan jembatan Ujung Galuh. Konsep ini sekarang sedang dijajaki.
Wisata perahu atau disebut pula wisata air itu digarap untuk melengkapi pembuatan taman di kawasan tersebut yang luasnya mencapai 2 hektare. “Nantinya juga akan ada sandaran perahu di Kalimas Ngagel,” katanya.
Ia menjelaskan konsep taman dan wisata perahu akan digabungkan dengan taman. Untuk taman, selain dilengkapi jogging track, juga diberi fasilitas mainan anak-anak.
Taman itu nantinya akan dibuat mirip dengan taman Prestasi, namun konsepnya lebih bagus. Alasannya, jogging track di taman tersebut lebarnya mencapai 6 meter dan letaknya bersebelahan langsung dengan sungai.
“Inilah yang nanti juga akan kita sinergikan dengan wisata air (Kalimas),” ungkapnya.
Menilik sejarahnya, pada era kolonial, Kalimas bermuara dari Kali Surabaya, tepatnya Kalimas ini adalah anak cabang sungai Brantas. Sungai Brantas ini kemudian bercabang dua di Mlirip Mojokerto menjadi Kali Porong dan Kali Surabaya.
Nah, Kalimas ini adalah sempalan Kali Surabaya. Di Jagir, Kali Surabaya ini “pecah” jadi Kalimas dan Kali Jagir.
Seiring perkembangan pembangunan, kawasan sekitar Kalimas makin tidak tertata. Karena daya tarik ekonomi dan sosial budaya, daerah pinggiran sungai tidak lagi jadi idola.
Pemkot Surabaya sejak lama sudah berupaya melakukan revitalisasi. Sedikit banyak, upaya itu memang sudah ada yakni saat kawasan sekitar Monumen Kapal Selam (Monkasel) sampai belakang gedung Grahadi telah ditata.
Langkah makin konkret saat pemkot membangun Taman Arena Ketabang di antara Monkasel sampai jembatan di utara gedung World Trade Center (WTC). Bahkan di Taman Arena Ketabang sudah didesain mirip Singapura. Bedanya jika di Singapura ada patung Merlion, di Kalimas ada patung Suro dan Boyo. Kesamaannya, dari patung ini sama-sama menyemburkan air.
Namun Kalimas bukanlah antara Monkasel sampai belakang Grahadi saja. Kalimas adalah bentangan dari Jagir hingga Perak. Sangat membanggakan bila kali sepanjang 12 kilometer ini dibangun sebagai wisata air. Karena di samping kanan-kiri Kalimas melewati kawasan-kawasan bersejarah Surabaya.
Jika mau digali, banyak hal yang bisa dipamerkan. Kalimas ini banyak bangunan cagar budaya. Contoh jembatan Petekan, Masjid Ampel, jembatan Merah, gedung internatio, gedung PT Bentoel (Jl Karet 46), gedung ekspedisi, gedung bina alfa, stasiun semut, gedung Grahadi dan sebagainya.
Butuh keseriusan jika ingin merealisasikan rencana revitalisasi Kalimas secara menyeluruh. Sebab butuh anggaran besar untuk melakukan itu.
Dulu, rencana revitalisasi itu pernah disiapkan. Bahkan tak hanya digagas, melainkan sudah sampai pada tahap perencanaan. Misalnya, wisata Kalimas akan ditunjang dengan mendirikan halte sungai di beberapa kawasan yang dilalui rute wisata Kalimas.
Halte itu akan didirikan di jembatan Petekan, Jembatan Merah, Jembatan Jagalan, Pasar Peneleh, Monkasel, Kayoon, permukiman Dinoyo-Damokali, jembatan BAT dan finish di Kali Wonokromo.
Jika itu terealisasi, bukan tidak mungkin pengunjung Kalimas akan semakin ramai. Sebab hingga Juli 2019 lalu, sebanyak 72.033 pengunjung sudah menikmati wisata air Kalimas itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Antiek Sugiharti memastikan wisata air Kalimas menjadi primadona wisata malam. Wisata air yang menaiki perahu itu memang sengaja dibuat untuk menikmati indahnya Sungai Kalimas di malam hari.
“Makanya, kami hias juga Sungai Kalimas itu dengan berbagai lampion,” kata Antiek.
Diterangkan, wisata air itu dikatakan primadona karena pengunjungnya memang sangat banyak. Pada tahun 2018 silam, pengunjung wisata air ini mencapai 101.121, kemudian pada tahun 2019 hingga bulan Juli sudah mencapai 72.033 pengunjung.
Antiek menjelaskan, wisata air Kalimas ini muaranya di dermaga Taman Prestasi Jalan Ketabang Kali. Wisata ini buka setiap hari. Khusus Hari Senin-Jumat, bukanya dari pukul 08.00-15.00 WIB, lalu buka lagi pukul 18.00-21.00 WIB.
Sedangkan pada hari Sabtu, bukanya dari pukul 08.00-13.00 WIB, lalu buka lagi pukul 18.00-21.00 WIB. Lalu khusus Hari Minggu, bukanya dari pukul 07.00-12.00 WIB, lalu buka lagi pukul 18.00-21.00 WIB.
Bagi para pengunjung yang ingin mencoba menikmati wisata air Kalimas ini maka cukup membayar tiket sekecil Rp 4 ribu per orang. Setelah mendapatkan tiket, mereka akan menaiki perahu yang sudah dijaga oleh petugas.
“Mereka akan naik perahu dengan jalur pendek atau panjang, tergantung si pengunjung,” kata dia.
Adapun jalur pendek yang dimaksud adalah berawal dari Taman Prestasi-Taman Ekspresi-Taman Prestasi atau bisa juga dari Taman Prestasi-Monkasel-Taman Prestasi. Sedangkan untuk jalur panjang berawal dari Taman Prestasi-Monkasel-Siola-Taman Prestasi. “Jalu pendek itu sekitar 15 menitan dan jalur panjang sekitar 30 menit,” ujarnya.
Intinya adalah Singapura dan Surabaya sama-sama memiliki sungai yang terkenal. Jika pengelolaannya dikemas secara baik, bukan tidak mungkin Kalimas akan menjadi Singapore River-nya di Kota Pahlawan ini. (jee)