Akhir Desember 2019 lalu, Pemkot Surabaya bersama para jurnalis mengunjungi Singapura. Ada banyak hal positif yang bisa ditiru dari negara tetangga Indonesia ini. Berikut tulisan yang dikemas dalam bentuk ulasan dan data.
Surabayatoday.id, Surabaya – Singapura salah satu negara di dunia di mana air PDAM-nya aman diminum langsung dari kran. Bila haus, cukup ambil gelas; putar kran dan minum. Tentu menyenangkan jika Surabaya bisa seperti itu.
Di Surabaya, air siap minum ini memang sudah punya, tetapi baru ada di beberapa tempat. Misalnya di Taman Bungkul atau beberapa tempat pelayanan publik. Padahal Surabaya mestinya mampu meniru Singapura.
Di negara itu, pemerintahnya memanfaatkan empat sumber untuk suplai air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan warga, pemerintah setempat menggunakan resapan air lokal atau waduk, pengelolaan air limbah, dan penyulingan air laut. Bahkan 2-3 persen bahan baku air juga impor dari Malaysia.
PDAM sebetulnya pernah menggarap proyek Zona Air Minum Prima (ZAMP) di Laguna. Proyek ini merupakan pilot project air kran akan langsung siap minum. Jika gol akan dikembangkan di kawasan lain.
Namun bicara tentang PDAM Singapura, sebetulnya tidak hanya membahas tentang air siap minumnya. Sebelumnya juga perlu dibicarakan tentang sistem pengelolaan airnya. Bayangkan, Singapura yang salah satu bahan baku airnya saja impor, tapi kenapa bisa mengelola air siap minum.
“Impor ini sudah ada perjanjiannya dengan jangka panjang sampai tahun 2061 mendatang,” ucap demikian ungkap Stella, pemandu NEWater Visitor Center di Public Utilities Board (PUB), Singapura.
Bandingkan dengan Surabaya. Bahan baku ada (dari Kali Surabaya dan sumber air Umbulan, Pasuruan). Bahkan juga ada lautnya. Mestinya Surabaya bisa seperti Singapura.
Mengapa Singapura impor air? Karena negara tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan total air untuk warganya. Karena itu, berbagai upaya dilakukan. Salah satunya adalah memanfaatkan air waduk sebagai bahan baku air bersih.
Berbekal kekurangan bahan baku itulah membuat Singapura menggali terobosan dengan membangun Marina Barrage. Tempat ini adalah bendungan yang dibangun dengan tiga tujuan; tempat penampungan air, pengendali banjir dan tujuan wisata.
Dibangun dengan nilai 226 juta dolar, bendungan di muara Marina Channel itu juga berfungsi membantu menahan air laut pasang.
Marrina Barrage punya 9 gerbang air dari baja, dibangun memanjang sekitar 350 meter dan luas 10 ribu hektar. Gerbang baja setinggi 5 meter itu dapat dinaik-turunkan. Untuk menghindari banjir, gerbang baja berfungsi membuang kelebihan air ke laut. Sebaliknya bila laut pasang, kelebihan air dibuang dengan pompa air. Cara kerjanya sama seperti fungsi pintu air atau DAM di Indonesia.
Tetapi bendungan ini tak hanya penampungan air. Lewat bendungan ini pula, Singapura menyiapkan bahan baku air PDAM, bahkan juga jadi lokasi wisata.
Di waduk ini bisa dipakai jetski. Di atas gedung ini, juga dibangun hamparan rumput hijau dengan background bianglala raksasa Singapore Flyer yang sangat terkenal itu. Sedangkan sebagai penyedia air bersih, di Singapura telah dikenal memproduksi air kemasan bernama NEWater.
Bahkan air laut juga diolah jadi bahan baku air bersih.
Melalui proses penyulingan air yang disebut desalinasi, telah didirikan pabrik pengolahannya sejak 2005 silam.
“Kebutuhan air semakin besar. Kami menginginkan semua potensi yang ada bisa dimanfaatkan,” terang Stella.
Jika diaplikasikan di Surabaya, pemanfaatan air bendungan menjadi air bersih ini bisa direalisasikan. Sebab, Pemkot Surabaya sudah memiliki 65 bozem. Bahkan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) sedang mengerjakan pembangunan tujuh bozem tambahan.
Tujuh bozem, yakni bozem Bundaran PTC di Kelurahan Prada Kali Kendal, bozem Kosagra di Kelurahan Medoakan Ayu (Rungkut), bozem Sumberrejo, Kelurahan Sumberrejo (Pakal) dan bozem Rejosari, Kelurahan Pakal (Pakal). Sedangkan tiga lainnya yaitu bozem Bandarrejo Sememi Kelurahan Sememi (Benowo), bozem Warugunung Kelurahan Warugunung (Karangpilang) dan Mini bozem Tambakwedi, Kelurahan Tambakwedi (Kenjeran).
Kepala DPUBMP Erna Purnawati mengatakan dengan penambahan tujuh bozem itu, Pemkot Surabaya sudah membangun sebanyak 72 bozem dengan total luasan mencapai 147,5 hektar. Ia juga menjelaskan bahwa volume masing-masing bozem itu berbeda, tergantung lahan yang tersedia.
“Dari 72 bozem itu, total volume mencapai 6.164.889 meter kubik,” jabarnya.
Menurut dia, pembangunan bozem di berbagai titik di Kota Surabaya ini untuk mengantisipasi terjadinya global warming yang sudah mulai dirasakan di belahan dunia. Misalnya, banjir hingga bencana kekeringan.
Tetapi jika menilik ke Singapura, bozem atau bendungan ini bukan hanya pengendali banjir. Air bendungan sudah disulap menjadi bahan baku air bersih. Jika direalisasikan di Surabaya, tentu bahan baku air PDAM tidak hanya mengandalkan Kali Surabaya dan Umbulan. Sebab bozem pun bisa mensuplai bahan baku air.
Kembali pada pengelolaan air di Singapura. Tak hanya melalui bendungan, air limbah pun di negara itu juga diolah. Air yang sudah dipakai bisa diolah lagi melalui sistem di sebuah pabrik reklamasi air yang disebut NEWater tadi.
Dengan pengolahan tersebut, air limbah menjadi air bersih kembali. Tetapi air itu disalurkan untuk kebutuhan industri.
“Sedangkan untuk distribusi ke rumah tangga dan untuk bisa langsung minum, pengelolaannya akan dicampur resapan air lokal,” tambah Stella.
Di sisi lain, PDAM Surya Sembada Surabaya juga memiliki kenginan mengelola air limbah dan air laut menjadi air bersih. Direktur Utama (Dirut) PDAM Mujiaman mengatakan pihaknya sudah siap, tetapi ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan.
Apa saja hal itu? Pertama, biaya pembangunan. Membangun infrastruktur penyulingan air laut menjadi air bersih tidak mudah. “Ini butuh persetujuan stakeholder, yakni Pemkot, DPRD, dan rakyat,” katanya.
Kenapa rakyat? Sebab biaya pembangunan yang besar akan berpengaruh pada rakyat. Biaya besar otomatis tarif pelanggannya juga akan besar. Belum lagi biaya operasional juga akan tinggi.
“Membiayai operasionalnya mahal, tarifnya juga akan mahal,” ujarnya.
Tetapi di sisi lain, Mujiaman menyatakan bahwa bahan baku air PDAM Surabaya sudah mencukupi. Dengan mengandalkan air Kali Surabaya dan Umbulan, bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Mujiaman juga menyebutkan kebutuhan air bersih di Kota Pahlawan tidak ada kendala, meskipun permintaannya terus meningkat. Kebutuhan sekarang ini adalah 1 juta kubik per hari. Pihaknya optimistis mampu memenuhi kebutuhan tersebut. (jee)